Mengenal Paguyuban Sedulur Sikep Kudus

[Kudus, elsaonline.com]– Meski Sedulur Sikep Kabupaten Kudus tidak mau berorganisasi dengan didaftarkan pada pemerintah, namun bukan berarti pengikut agama Adam ini tidak memiliki wadah perkumpulan.

Tokoh Sedulur Sikep Kabupaten Kudus Budi Santoso, menjelaskan, Sedulur Sikep Kudus punya 2 paguyuban, yaitu Paguyuban Doso Putro Mulyo yang berdiri pada 1994, dan Paguyuban Momong Roso berdiri pada 2013.

“Doso Putro Mulyo artinya sepuluh anak mulia. Ini istilah sebagai doa. Artinya Doso Putro Mulyo itu sebagai doa anak-anak Mbah Sumar yang berjumlah sepuluh supaya hidupnya diberi kemuliyaan dan keenakan. Jadi paguyuban ini berdasarkan trah, keturunan Mbah Sumar, bapak saya,” papar Budi Santoso di kediamannya, Sabtu (15/1/16).

Sejak awal Budi menyadari bahwa paguyubannya membutuhkan dana untuk pembiayaan berbagai kegiatan seperti saat Syuronan atau peringatan bulan Syuro. Karenanya setiap anggota harus menyerahkan hasil panennya berupa padi minimal 10 kg.

“Untuk dananya diambil dari iuran semua warga. Setiap panen menyerahkan hasil panennya, padi minimal sepuluh kilo. Lah itu dikumpulkan, nanti digunakan untuk kegiatan yang diikuti anak turunnya Mbah Sumar,” jelasnya.

Sedangkan Paguyuban Momong Roso dibentuk untuk menghimpun semua Sedulur Sikep yang berada di Kabupaten Kudus. “Momong Roso itu diikuti semua Sedulur Sikep secara umum, artinya bukan berdasarkan trah keluarga. Nah kalau Momong Roso kasnya masih sedikit sekali. Kalau ada kumpulan paling masing-masing anggota iuran seribu atau dua ribuan,” katanya.

Budi berharap, ke depan paguyuban yang mewadahi semua “Wong Samin” sekabupaten Kudus ini punya usaha yang bisa digunakan untuk membiayai paguyubannya.

“Nah kita tahu sendiri kan, ekonomi Sedulur Sikep gampangannya ekonomi lemah. Ya gampangannya orang sedang lah. Makanya kami ingin punya koperasi atau usaha apa lah milik paguyuban, supaya nanti dananya bisa digunakan untuk kegiatan-kegiatan paguyuban,” harapnya. [elsa-ol/KA-@khoirulanwar_88]

Baca Juga  Survei: Implementasi Pelajaran Kepercayaan di Jateng Alami Berbagai Kendala
spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini