Salatiga -elsaonline.com Komunitas Bela Pancasila (KBI) mengadakan pelatihan Juru Bicara Pancasila Jawa Tengah 2.0. Acara ini diselenggarakan oleh KBI Jawa Tengah bertempat di Yayasan Bina Darma MTC Salitga Jawa Tengah. Pelatihan selama 3 hari, mulai tanggal 8-10 Maret.
Peserta sudah terkumpul sekitar pukul 10.00 pagi dari berbagai komunitas, agama, dan universitas di Jawa Tengah sebanyak 30 peserta.
Perwakilan dari KBI pusat, Ilma Sovri Yanti, dalam sambutan pembuka menyatakan terjadi degradasi moral dan penurunan pemahaman nilai-nilai pancasila bagi generasi bangsa. Sehingga perlu adanya penanaman kembali nilai-nilai sesuai kebangsaan.
“Bagaimana cara memperjuangkan untuk generasi-generasi berikutnya. Seperti yang kita ketahui dari riset LSI Denny JA, bahwa selama kurun 13 tahun ini (2005-2018) telah terjadi penurunan drastis pendukung Pancasila. Jumlahnya cukup mengkawatirkan, 10%. Th 2005 dukungan Pancasila berada di 85,2%. Dan tahun 2018 berkurang hingga 75,3%,” ungkapnya.
Kemudian data tersebut diperkuat dari Nasaruddin Umar Office (NUO) Januari 2019 ditemukan empat wilayah potensi radikalisme di wilayah Gorontalo, Bengkulu, Sulawesi Selatan dan Kalimantan.
Dari kondisi yang mengkawatirkan sehingga muncul gerakan bersama tepatnya Bulan Agustus 2018 KBI didirikan, dan September 2018 roadshow KBI dilakukan secara masif di 25 Provinsi, dan salah satunya di Salatiga. KBI mempunyai misi untuk melahirkan 1000 juru bicara Pancasila, yang lahir dari 25 provinsi.
Turunnya dukungan terhadap Pancasila disebabkan karena kurangnya sosialisasi Pancasila itu sendiri, tidak ada marketing khusus sehingga mulai menurun rasa kecintaan kepada Indonesia yang berideologi Pancasila. Kedua, munculnya ideologi baru yang ditawarkan pihak lain, bergerak dengan massif dan belakangan menjadi proses ahistoris kebangsaan.
Masa Pemilu, proses ahistoris ini terus menggerus akal sehat kehidupan berbangsa. Proses ahistoris bangsa massif dilakukan melalui momentum pemilihan legislatif dan presiden demi meraup suara. Disisi lain para tokoh bangsa dan publik figure masuk dalam perangkap debat, yang dampaknya tidak bisa dikendalikan bahkan seringkali menyerang personal.
Untuk itu, bagi KBI perlunya diskusi terbuka semua komponen bangsa. Dan mulai diperkenalkan di generasi muda. Perlunya generasi muda dibekali keahlian berdebat (critical thinking) menjadi sebuah kebutuhan. Dengan sebelumnya dilatih keterampilan menulis, memperbanyak data dan fakta, serta memberikan panggung bagi mereka untuk tampil dan mempraktekkan debat. Melahirkan lebih banyak lagi pejuang gagasan yang membela Indonesia, membela Pancasila.
Ketua Panitia, Marlen Boronga, menyambut peserta dengan gembira dan penuh harapan. Ia mengatakan sebagai mahasiswa yang kritis tentu akan mempertanyakan kenapa Indonesia harus dibela? Maka dalam acara ini teman-teman akan menemukan jawabannya.
“Jadi kita sebagai mahasiswa apa yang akan kita berikan untuk Indonesia, kita dapat melalukan hal yang kecil di lingkungan kita tentang pancasila,” tutur Marlen.
Para peserta berasal dari IAIN Salatiga, Unsoed Purwokerto, UNS Surakarta, Unisri Surakarta, IAIN Kudus, Unwahas Selarang, UIN Walisongo Semarang, Untidar Magelang, STIAB Smawatungga Boyolali, UKSW Salatiga, Unnes Semarang, Undip Semarang, IAINU Kebumen. Sebelumnya, KBI telah melaksanakan perekrutan Juru Bicara Pancasila di 51 Kota di 25 Propinsi, dengan proses open rekrutmen dan bermitra dengan lembaga lokal. Kunjungi twitter di @jaringankbi dan Facebook Komunitas Bela Indonesia. [Jed/elsa-ol]