Pegiat Toleransi Semarang Sambut Kedatangan 200 Petani Rembang

[Semarang, elsaonline.com]- Para pegiat toleransi di Kota Semarang yang tergabung da

Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK KAS) Keuskupan Agung Semarang Romo Aloys Budi Purnomo Pr memainkan saxophone  dengan diiringi lagu "Ojo Lamis" dalam menyambut aksi longmarch para petani Kabupaten Rembang di perbatasan Kabupaten Demak dan Kota Semarang, Kamis (8/12/16). [Foto: KA]
Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK KAS) Keuskupan Agung Semarang Romo Aloys Budi Purnomo Pr memainkan saxophone dengan diiringi lagu “Ojo Lamis” dalam menyambut aksi longmarch para petani Kabupaten Rembang di perbatasan Kabupaten Demak dan Kota Semarang, Kamis (8/12/16). [Foto: KA]
lam Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) menyambut baik kedatangan 200 petani Kabupaten Rembang yang melakukan aksi jalan kaki dari kawasan Gunung Bokong atau sekitar pabrik semen di Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang di perbatasan Kabupaten Demak dan Kota Semarang, Kamis (8/12/16).

Aksi longmarch yang dilakukan warga Kabupaten Rembang yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) itu di perbatasan Kota Semarang disambut Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK KAS) Keuskupan Agung Semarang Romo Aloys Budi Purnomo Pr, koordinator Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) Setyawan Budi, manajer program Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Siti Rofiah, dan puluhan pegiat toleransi lainnya.

Romo Budi dalam pidato sambutannya menyampaikan, bahwa pihaknya sangat mengapresiasi aksi para petani Rembang dalam memperjuangkan haknya demi menjaga kelestarian alam. “Kemarin di Rembang disambut Gus Mus (KH Mustofa Bisri, red), Kiai Budi (KH Budi Harjono) juga sudah menemui saudara-saudara sekalian. Ini giliran kami, kami sangat mendukung perjuangan kalian. Semoga berhasil,” katanya, sembari memainkan saxophone yang diiringi shalawat dan lagu-lagu Jawa.

Hormati Putusan MA
Manajer program Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Siti Rofiah, menyampaikan bahwa izin lingkungan pembangunan PT Semen Gresik yang diterbitkan oleh Gubernur Jawa Tengah sudah batal dengan putusan Mahkamah Agung (MA) yang memenangkan petani Rembang pada 5 Oktober 2016 lalu.

“Dengan putusan MA, izin yang diterbitkan gubernur batal. Kita semua mendesak agar gubernur mentaati putusan itu. Karena itu, jika gubernur tidak mencabut perizinannya, maka ini menjadi pelanggaran,” kata dosen ilmu hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo itu.

Baca Juga  Pidato Kunci Gubernur Jawa Tengah Ing Adicara Seminar Jateng Inklusif

Koordinator Persaudaraan Lintas Agama (Pelita), Setyawan Budi mengatakan bahwa perjuangan yang dilakukan para petani Rembang selain benar secara hukum, juga benar secara agama. “Saya yakin, agama apapun pasti memerintahkan umatnya untuk melindungi kelestarian alam. Tidak boleh merusak alam, dan tidak boleh merugikan para petani,” jelasnya.

Karena itu, kata Setyawan, keterlibatan para pegiat lintas iman di Kota Semarang dalam aksi longmarch ini sebagai dukungan moral kepada JMPPK dalam menolak pembangunan pabrik semen.

“Apa yang dilakukan oleh saudara-saudara petani Rembang sangat benar, dan harus didukung oleh semua tokoh agama,” paparnya. [elsa-ol/KA-@khoirulanwar_88]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Pasar Tradisional dan Masjid Emas sebagai Penanda Kawasan Muslim Quiapo, Manila Filipina

Oleh: Tedi Kholiludin Quiapo adalah sebuah distrik yang berada merupakan...

Beristirahat Sejenak di Kapernaum: Renungan Yohanes 2:12

Oleh: Tedi Kholiludin “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama...

Dua Peneliti ELSA Presentasikan Hasil Risetnya di Pertemuan Jaringan Penelitian HIV Indonesia

Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV-Ina) menggelar pertemuan jaringan...

Liquid Identity: Saat Identitas menjadi Sebuah Entitas Muas

Oleh: Muhamad Sidik Pramono (Mahasiswa Magister Sosiologi Agama Universitas...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini