Pemuda Lintas Agama Belajar Khonghucu

(Semarang-elsaonline.com) Pemuda Agama Khonghucu Indonesia (PAKIN) Semarang menggelar acara talk show dalam peringatan hari lahir Nabi Khongzi ke -2562, Minggu (02/1011). Acara tersebut berlangsung di aula Klenteng Besar Tay Kak Sie Jalan Gang Lombok No. 62 Kawasan Pecinan, Semarang. Pada kesempatan itu hadir sejumlah pemuda-pemudi lintas agama.

Di antaranya yang hadir dalam acara tersebut komuntas muda Kristen, Katolik, Protestan, Muslim, Hindu dan Budha se Kota Semarang. Meski tema diskusi yang diangkat adalah tentang Ā ā€Siapakah Nabi Agama Khonghucuā€, tetapi pembicaraan lebih banyak berkutat pada pengenalan Agama Khonghucu secara umum. Ini bisa dimaklumi karena audiens lebih banyak adalah peserta non-Khonghucu.

Adji Chandra (kiri) Pembicara Talkshow

Diskusi yang dilangsungkan dalam suasana cukup hangat itu disambut antusiasme peserta dalam menyimak pemaparan narasumber. ā€Baru kali ini saya ikut acara dengan komunitas Khonghucu,ā€ ujar Cahyono salah satu peserta yang juga Aktifis Lembaga Penerbitan Mahasiswa Justisia Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.

Adjie Chandra, selaku narasumber memaparkan banyak hal dalam kehidupan. Tidak hanya dalam masalah pembahasan tema tersebut. Ia juga membahas tentang kedupan manusia. ā€Pada hakikatnya semua manusia itu adalah baik, tapi yang menjadikan ia menjadi apa saja adalah linkungannyaā€ ujar ketua Majelis Agama Khonghucu (MAKIN) Solo itu. Dalam talk show tersebut juga dibuka berbagai pertanyaan untuk para peserta.

Yayan M Royani, salah satu peserta, dalam bertanya seputar penyebaran agama Khonghucu. ā€Apakah dalam agama Khonghucu diajarkan tentang misi dalam penyebaran agama?ā€ tanya aktifis Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) tersebut. Narasumber memaparkan sejarah datangnya agama Khohucu secara detail. ā€Tentang penyebaran agama, memang Khonghucu datang ke Indonesia tidak melalui misi, tetapi secara tidak sengaja melalui keluargaā€ lanjut Adjie Chandra.

Baca Juga  Pendeta Palti: Ayo Rebut Hak-Hak Kita

Adjie dalam kesempatan itu juga menjelaskan lambang Agama Khohucu yang berupa ular berkepala naga. ā€Ular berkepala naga itu bisa melakukan berbagai gerak, diantanya berenang di air, terbang, dan melataā€ ujar laki-laki yang mengaku berada dalam keluarga yang beragam agama itu.

Gerak yang dilakukan oleh naga itu harus mampu ditiru oleh semua warga Khonghucu dalam arti bukan secara tekstual. Melainkan hakikat dalam kehidupan kita hasus bisa beradaptasi dengan berbagai lingkungan. Misalnya dalam berbisnis. Seorang pembisnis harus mampu beradaptasi disemua lingkungan. Karena dalam berkehiduan kita harus seirama dengan budaya yang ada dalam lingkungan tersebut. (elsa-ol)

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Di Balik Ketenangan Jalsah Salanah di Krucil Banjarnegara

Oleh: Tedi Kholiludin Letak Dusun Krucil, Desa Winong, Kecamatan Bawang...

“Everyday Religious Freedom:” Cara Baru Melihat Kebebasan Beragama

Oleh: Tedi Kholiludin Salah satu gagasan kebebasan beragama yang...

Penanggulangan HIV dan Krisis Senyap di Garda Depan

Oleh: Abdus Salam Staf Monitoring Penanggulangan HIV/AIDS di Yayasan ELSA...

Fragmen Kebangsaan dari yang Ter(Di)pinggirkan

Oleh: Tedi Kholiludin Percakapan mengenai kebangsaan dan negara modern, sering...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini