“10 tahun terakhir, KFUPM merintis pengembangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Mereka selama ini dikenal sebagai kampus yang kuat di wilayah eksaknya. Jadi saya diminta untuk merintis dalam keilmuan sosialnya,” terang Sumanto saat ditemui elsaonline, Rabu (23/7).
KFUPM, kata Sumanto kira-kira mirip Massachusetts Institute of Technology atau MIT di Amerika. Kampus milik pemerintah Arab Saudi ini terkenal sebagai universitas tempat pengembangan tekhnologi.
“Saya orang kedua dari Asia yang mengajar di kampus tersebut untuk ilmu sosial selain sosiolog dari Cina. Mungkin saya diminta juga untuk mendesain program pascasarjana Antropologi dan Sosiologi,” terang mantan Pemimpin Redaksi Majalah Justisia Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.
Sumanto menambahkan KFUPM memang kampus yang berbeda dengan kampus lain di Saudi. Kehidupan sosialnya relatif moderat. Banyak guru besar berasal dari barat seperti Amerika dan Inggris. Fasilitas yang sangat memanjakan, membuat banyak dari guru besar itu merasa kerasan di KFUPM. “Mungkin mereka menginginkan ada sentuhan dari Asia di bidang ilmu sosial. Salah satu alasan yang membuat kampus itu menarik saya,” tutur Sumanto. [elsa-ol/TKh-@tedikholiludin]