Persaudaraan Sejati, Benih Toleransi Antar Agama

1.	Ketua PWNU Jateng Abu Hapsin (pegang mic) menyampaikan materi pada Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman (24/10/14). Foto: Zizi Tamrin.
Ketua PWNU Jateng Abu Hapsin (pegang mic) menyampaikan materi pada Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman (24/10/14). Foto: Zizi Tamrin.
[Magelang –elsaonline.com] Kasus-kasus intoleransi yang belakangan ini marak terjadi di Indonesia termasuk di Jawa Tengah (Jateng), membuat prihatin banyak kalangan. Untuk itu perlu ada upaya preventif dari semua kalangan supaya kasus kekerasan dan intoleransi berlatar agama dan kepercayaan tak terulang lagi.

“Kongres ini berangkat dari keprihatinan akibat maraknya gerakan intoleransi dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Maka perlu diadakannya kongres persaudaraan sejati untuk mewujudkan Indonesia damai,” tutur Ketua Komisi Hubungan Antar Agama, Keuskupan Agung Semarang, Romo Aloysius Budi Purnomo PR, Jumat (24/10/14).

Pria yang akrab disapa Romo ini menyampaikan hal itu pada acara “Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman”. Kongres yang digelar Keuskupan Agung Semarang, berlangsung di aula SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan, Magelang. Konggres dihadiri sekitar 800 peserta dari lintas agama dan kepercayaan.

“Ini adalah kongres pertama yang melibatkan enam unsur agama dan aliran kepercayaan. Peserta itu dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran Kepercayaan-kebatinan se-Jateng dan Yogyakarta,” paparnya, pada sesi dialog antar iman yang menghadirkan tokoh-tokoh keberagaman itu.

Tokoh keberagaman yang hadir pada kesempatan itu yakni Istri Almarhum Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) Hj Sinta Nuriyah Wahid, Ketua PWNU (Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) Jateng Abu Hapsin, Cendekiawan Muslim Buya Syafii Maarif, Mgr. Johannes Pujasumarta, Bikhu Pannyvaro Sri Mahathera, Elga Sarapung, I Wayan Sumerta, Ling ling Indriyani, Gunretno.

Pada sesi dialog itu, masing-masing tokoh memaparkan konsep persaudaraan sejati lintas iman dari perspektif agama atau aliran kepercayaannya. “Persaudaraan sejati dapat diwujudkan manakala kita percaya kepada konsep kesatuan umat dan keadilan universal. Tanpa keduanya, harapan yang ideal itu akan sia-sia”, tutur Buya Syafii Maarif disela-sela dialog.

Baca Juga  Pembangunan Griya Samadi Dihentikan Pemkab Klaten

Perjuangan Gus Dur
Pembicaraan Buya kemudian disambung Ibu Sinta, sapaan akrab Sinta Nuriyah Wahid. Ibu Sinta menyatakan, kegiatannya yang berkenaan dengan toleransi antar umat beragama harus terurs dilakukan. “Tentu ini adalah bagian dari upaya meneruskan cita-cita almarhum suami saya, Gus Dur yang sangat memperjuangkan pluralisme”, ungkapnya.

Masing-masing tokoh yang hadir dan menjadi narasumber kemudian berbicara secara bergantian. Ketua PWNU Jateng Abu Hapsin menyampaikan konsep persaudaraan sejati dengan hakikat manusia ketika lahir. Menurutnya, setiap manusia memiliki tugas sebagai wakil Tuhan (kholifah) sebagaimana pesan universal yang tertuang dalam Alquran.

“Terdapat tiga tugas wakil Tuhan tersebut yakni menjaga dari kerusakan, menciptakan kehidupan yang aman dan memakmurkan bumi. Ia juga menambahkan bahwa tugas universal ini masing-masing agama akan saling bertemu dan bersama-sama untuk mencapai persaudaraan sejati,” paparnya.

Selain dialog, terdapat juga dalam serangkaian acara kongres yakni sarasehan lintas iman, Gelar budaya lintas iman dan pameran hari pangan sedunia. Gelar Budaya menyuguhkan berbagai kekayaan kebudayaan lokal yang eksotik dan menghibur.

Selain itu menampilkan kesenian khas dari masing-masing agama seperti rebana sholawatan, barongsai dan nyanyian-nyanyian. Gelar budaya dan pemeran yang digelar di lapangan Pemda Muntilan ini bersifat terbuka untuk masyarakat sekitar. Tak ayal selain dipadati peserta, lapangan riuh oleh kehadiran antusias warga.

Hal ini juga merupakan simbol keramahan dan sebuah agitasi serta persuasi agar masyarakat luas dapat terkontaminasi dengan virus persaudaraan sejati lintas iman yang bertujuan untuk perdamaian yang menyejukan hati bagi setiap insani. [elsa-ol/Zizi-@zizi_tamrin]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Pasar Tradisional dan Masjid Emas sebagai Penanda Kawasan Muslim Quiapo, Manila Filipina

Oleh: Tedi Kholiludin Quiapo adalah sebuah distrik yang berada merupakan...

Beristirahat Sejenak di Kapernaum: Renungan Yohanes 2:12

Oleh: Tedi Kholiludin “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama...

Dua Peneliti ELSA Presentasikan Hasil Risetnya di Pertemuan Jaringan Penelitian HIV Indonesia

Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV-Ina) menggelar pertemuan jaringan...

Liquid Identity: Saat Identitas menjadi Sebuah Entitas Muas

Oleh: Muhamad Sidik Pramono (Mahasiswa Magister Sosiologi Agama Universitas...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini