Sapta Darma Bukan Agama Gado Gado

Foto Bersama: Warga Sapta Darma Kabupaten Brebes foto bersama dengan pengurus Lembaga Studi Sosial dan Agama disela acara pelatihan Hak Dasar Warga Negara, Rabu (19/4/15). (Foto: Mustaqim)
Foto Bersama: Warga Sapta Darma Kabupaten Brebes foto bersama dengan pengurus Lembaga Studi Sosial dan Agama disela acara pelatihan Hak Dasar Warga Negara, Rabu (19/4/15). (Foto: Mustaqim)
[Brebes –elsaonline.com] Ketua Yayasan Sapta Darma Kabupaten Brebes Carlim menegaskan, Kepercayaan yang dianutnya bukan agama “gado-gado”. Menurutnya, Kepercayaan Sapta Darma murni ajaran Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang turun melalui wahyu.

“Sapta Darma itu bukan ajaran Gado-gado. Tapi agama yang murni meyakini Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sekali lagi, Sapta Darma adalah ajaran murni,” tegasnya, disela acara pelatihan hak-hak dasar kewarga negaraan, di Hotel Dedy Djaya Brebes, Selasa (18/4/15).

Ketika ditanya lebih lanjut mengenai maksud “gado-gado”, Carlim menjelaskan soal banyaknya kelompok yang mencampur adukan ajaran. Hemat dia, Sapta Darma murni ajaran Kepercayaan yang tidak ada kaitanya dengan agama resmi Negara atau kepercayaan lain.
“Kami tidak mau kalau identitas kami campur-campur. Misal, ibadah kami seperti ajaran Sapta Darma, namun identitas kependudukan kami agama resmi Negara. Jelasnya, kami enggan dalam KTP atau KK (Kartu Keluarga) ditulis agama. Kami ingin ditulis Sapta Darma,” tandasnya.

Identitas Agama
Seperti yang telah banyak diberitakan sebelumnya, penganut Penghayat Kepercayaan banyak yang masih beridentitas agama resmi. Mereka beridentitas agama resmi Negara bukan karena kehendak mereka. Melainkan terpaksa, karena adanya berbagai kendala ketika membuat identitas kependudukan di dinas terkait.

“Ya bagi warga Sapta Darma yang masih beridentitaskan agama, bukan karena kehendak mereka. Tapi karena terpaksa. Misal, salah satu warga kami ketika membuat KTP sudah diiyakan identitasnya Kepercayaan, eh.. ketika KTP-nya jadi, identitasnya ternyata salah satu agama,” tukasnya.

Atas dasar itu, mereka meminta kejelasan dari pemerintah soal identitas agama atau kepercayaan. Warga Sapta Darma di Kabupaten Brebes meminta untuk identitas agama ditulis Sapta Darma. Jika alasanya karena Sapta Darma tidak diakui sebagai agama, ia mempertanyakan kenapa ada ajaran yang diakui sebagai agama dan digolongkan kedalam kepercayaan.

Baca Juga  Adopsi dan Adaptasi, Strategi Agama-agama

“Kami juga ingin dalam KTP ditulis Sapta Darma, bukan kepercayaan. Jika karena ada agama yang diakui dan tidak diakui, kenapa harus ada itu. Bukanya posisi semua agama atau kepercayaan itu sama?” tanya Carlim, sembari menunjukan ekspresi kekesalanya mengenai identitas agama. [elsa-ol/Ceprudin-@Ceprudin/001]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini