Yusa Adi Nugroho (19), penganut Sapta Darma dari Kecamatan Kersana, menyampaikan bahwa HAM sejatinya lahir dari bangsa Indonesia. Alasannya, bangsa Indonesia sejak dahulu memiliki etika yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. “Alasan saya, kenapa HAM itu lahir di Indonesia, dan itu jauh sebelum ada kesepakatan HAM Barat, Indonesia sudah menghormati manusia, masing-masing manusia memiliki hak-hak dasar yang harus dihormati,” jelasnya dalam acara ‘Pelatihan Hak-Hak Dasar Warga Negara Bagi Penghayat Kepercayaan’ di Hotel Dedy Jaya Kabupaten Brebes, Selasa (28/4).
Pendapat serupa juga disampaikan Wardoyo, warga Sapta Darma dari Desa Pamulian Kecamatan Larangan. Menurutnya, HAM bukan sebagai produk Barat, tapi produk umat manusia itu sendiri dengan bukti sejak tahun 1 Saka manusia sudah mengenal hak yang dimiliki manusia. “Artinya, di manapun ada manusia, sejak dahulu kala, sejak tahun 1 Saka, manusia sudah mengetahui tentang HAM. Jadi bukan produk Barat,” terangnya.
Carlim, Ketua Yayasan Srati Darma (Yasrad), menambahkan bahwa HAM adalah hasil kesadaran manusia, yakni siapapun, dan tinggal di manapun, selama itu manusia maka ia mengenal HAM. “Jadi HAM itu bukan produk Barat, juga bukan produk Timur. Ham itu setua manusia, sejak manusia ada, maka HAM ada,” paparnya. [elsa-ol/KA-@khoirulanwar_88/001]