Sapta Darma Sejak Dulu Terbuka Kepada Pemerintah

Acungkan Gelas: Tuntunan Warga Sapta Darma Brebes, Sumardi (tiga dari kanan) mengacungkan gelas bertuliskan “wani ngalah luhur wekasane” usai acara sosialisasi program Peduli dari Kementerian PMK, 3 April 2015 lalu. [Foto: Mustaqim]
Acungkan Gelas: Tuntunan Warga Sapta Darma Brebes, Sumardi (tiga dari kanan) mengacungkan gelas bertuliskan “wani ngalah luhur wekasane” usai acara sosialisasi program Peduli dari Kementerian PMK, 3 April 2015 lalu. [Foto: Mustaqim]
[Brebes –elsaonline.com] Tuntunan Penghayat Kepercayaan Sapta Darma Kabupaten Brebes Sumardi menyampaikan, sejak dulu warganya sudah terbuka dengan pemerintah. Hanya saja, pemerintah kerap tidak menggubris undangan yang diberikan oleh Sapta Darma.

“Sejatinya sudah sejak dulu warga Sapta Darma itu terbuka kepada pemerintah. Ketika kami mau mengadakan acara, pasti mengirimkan undangan kepada pemerintah. Baik itu kematian, perkawinan dan lainya,” kata Sumardi, kepada elsaonline.com Kamis, (16/4/15) kemarin.

Hal ini ia sampaikan menanggapi berbagai isu yang mengatakan bahwa Sapta Darma tidak terbuka kepada pemerintah. Sumardi menepis itu tersebut, bahkan ia membalikan pertanyaan kenapa pemerintah tidak menghadiri setiap undangan yang mereka layangkan ketika hendak mengadakan acara.

Menurutnya, pemerintah tidak pernah menghadiri undangan yang mereka berikan. Baik itu undangan acara internal Sapta Darma atau pun seperti perkawinan dan pemakaman. Pemerintah biasanya hanya sampai di persimpangan jalan, belum sampai lokasi kemudian kembali.

Berhenti Mengundang
“Ya karena selalu tidak ada yang menghadiri undangan kami ya akhirnya berhenti mengirimkan undangan. Padahal hanya nengok saja pun saya sudah sangat senang, saya berterima kasih. Tapi biasanya pemerintah hanya sampai muka saja, enggak pernah sampai masuk,” paparnya.

Namun demikian, untuk sekarang pemerintah sudah lumayan terbuka. Meskipun belum ada pemerintah yang bersedia datang pada acara-acara yang diadakan oleh Sapta Darma. Sumardi pun mulai membuka kembali hubungan dengan pemerintah. Mereka akan mengirimkan undangan kembali ketika mengadakan acara.

“Jadi kalau dulu kami kirimkan undanga, pemerintah hanya sampai muka saja. Misalnya acara di pekarangan, pemerintah hanya sampai gapura saja, terus balik lagi. Mereka hanya berhenti, terus kembali. Namun untuk sekarang lumayan terbuka. Kami akan mencoba mengirimkan udangan lagi, untuk mengetahui responya,” paparnya. [elsa-ol/Ceprudin-@Ceprudin/001]

Baca Juga  Khittah ELSA Harus Tetap Dijaga
spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Memahami Jalur Eskalasi dan Deeskalasi Konflik

Oleh: Tedi Kholiludin Konflik, dalam wacana sehari-hari, kerap disamakan dengan...

Tiga Pendekatan Perdamaian

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam artikel “Three Approaches to Peace: Peacekeeping,...

Wajah-wajah Kekerasan: Kekerasan Langsung, Kekerasan Struktural dan Kekerasan Kultural

Oleh: Tedi Kholiludin Johan Galtung (1990) dalam Cultural Violence membagi...

Memahami Dinamika Konflik melalui Segitga Galtung: Kontradiksi, Sikap dan Perilaku

Oleh: Tedi Kholiludin Johan Galtung dikenal sebagai pemikir yang karyanya...

Laporan Tahunan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Jawa Tengah 2024

ELSA berusaha untuk konsisten berbagi informasi kepada public tentang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini