Seorang mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Mahasiswa dan Siswa Timor di Salatiga (Ikmasdi), Kristian Doko mengatakan, acara pentas budaya internasional itu merupakan acara rutin tahunan. Pentas budaya itu disebut bertarap internasional karena diikuti oleh beberapa Negara perwakilan Asia dan Eropa.
“Setiap tahun, biasanya diikuti oleh negara-negara lain, seperti Kanada, Brazil, Meksiko dan Timor Leste. Mereka masing-masing menampilkan budaya-budaya setempat lengkap dengan kostum, musik, seni tarian dan lainya,” kata Mahasiswa MIH UKSW ini disela pawai digelar.
Seperti pantauan elsaonline.com, pagi itu halaman kampus UKSW tampak ramai. Tenta-tenda di lapangan hampir memenuhi lapangan. Tenda-tenda itu ditempati masakan-masakan kuliner khas daerah-daerah se-Indonesia dan juga dari beberapa Negara lain. Mulai pagi hari, mahasiswa sudah tampak sibuk mengenakan perlengkapan adat.
Bagi yang menampilkan seni musik tradisional, mereka tampak sibuk mondar-mondar mengangkuti peralatan musik itu. Diantara mereka yang berpakaian tradisional ada yang merias dengan pernak-pernik di wajah supaya persis seperti pakaian adat yang ada di daerahnya.
“Teman-teman semua menampilkan tarian adat, rumah adat, kuliner khas setiap daerah, musik asli daerah. Ini salah satunya Tradisi di Toraja berpa ritual arak mayat sebelum dimakamkan berupa peti mati dengan disertai tanduk kerbau. Tujuanya supaya masyarakat Salatiga dan sekitarnya tahu budaya bangsa Indonesia yang beragam,” bebernya.
Pentas budaya itu salah satunya dengan long march dengan rute start dari kampus UKSW, Balaikota Salatiga, lalu kembali ke kampus. Untuk para maskot daerah, mereka menggunakan becak diiringi oleh rombongan.
Mahasiswa mahasiswa asal Talaut, Korsinus Ginto menambahkan, beberapa peserta yang ikut diantaranya, pakaian adat Lampung, Minahasa, Batak Toba, Maluku, Kemamora, Maluku Utara, Sumba lengkap dengan mengenakan kuda. “Pakaian adat khas Nias juga ada, diikuti juga oleh grup Drumblek Pasopati Salatiga,” pungkasnya. [elsa-ol/Ceprudin-@Ceprudin/001]