Tempat Sujudan Sapta Darma, Terbuka Untuk Semua Agama

tempat Ibadah Sapta Darma (2)[Brebes –elsaonline.com] Tempat sujudan atau tempat ibadah keluarga (bukan sanggar-red) Sapta Darma terbuka untuk semua agama. Tempat sujudan yang berada di rumah masing-masing penganut Sapta Darma ini bisa digunakan untuk beribadah dari umat beragama bahkan kepercayaan non-Sapta Darma.

“Kalau misalnya ada orang Islam, Katolik, Kristen Kong Hu Chu mau ibadah di tempat sujudanya orang Sapta Darma, boleh, tidak ada masalah,” papar Tuntunan Sapta Darma Kabupaten Brebes Sumardi, ketika ditemui di kediaman Ketua Yayasan Sapta Darma Carlim, Kamis (16/4/15).

Sebagai informasi, semua penganut Sapta Darma memilki tempat ibadah keluarga yang berada di masing-masing rumahnya. Tempat ibadah ini berbeda dengan sanggar yang biasa digunakan untuk sujudan berjamaah keseluruhan warga Sapta Darma.

Menurut Sumardi, tempat sujudan warga Sapta Darma yang ada di rumah-rumah itu terbuka. Karena itu, ketika ada tamu dari umat Islam yang kebetulan bertepatan dengan waktu sholat bisa beribadah menggunakan tempat sujudan keluarga Sapta Darma. Kalau di rumah, katanya, namanya tempat ibadah khusus keluarga itu diperbolehkan.

Meskipun demikian, untuk sanggar sujudan (rumah ibadah khusus) Sapta Darma belum diperbolehkan. “Kalau di sanggar saya kurang tahu ya. Tapi kalau sanggar itu memang tempat ibadah khusus dan mungkin orangnya (yang akan beribadah non-Sapta Darma-red) juga tak mau,” tambahnya.

Keterbukaan
Sayangnya, keterbukaan warga Sapta Darma kebanyakan tak diketahui oleh masyarakat sekitar. Padahal ini merupakan kemudahan bagi tamu-tamu terutama Muslim ketika bertepatan dengan waktu sholat. Penganut Sapta Darma enggan membeberkan keterbukaan soal rumah ibadah.

Mereka masih dibayangi ketakutan ketika berbicara soal rumah ibadah kepada masyarakat sekitar. Sebagai tuntunan, ia belum berani berbicara soal itu karena takut dianggap sedang berdakwah. Ketika dianggap dakwah, nanti muncul prasangka tidak baik terhadap Sapta Darma.

Baca Juga  Berpotensi Timbulkan Konflik, Buku Panduan Ramadhan Siswa MI Ditarik dari Peredaraan

“Kami tidak pernah berbicara seperti itu (keterbukaan tempat sujudan-red) karena masyarakat belum terbuka dengan kepercayaan atau Kepercayaan Kepada Tuhan yang Maha Esa. Kalau kita ngobrol-ngobrol tentang ini di masyarakat nanti dikira kampanye atau cari teman. Jadi kami tak pernah bicara rumah ibadah,” bebernya.

Meskipun demikian, selama ini Sapta Darma tidak pernah tertutup dengan warga sekitar soal Kepercayaan yang mereka anut. Ketika ada orang bertanya mereka berusaha terbuka tanpa ada yang ditutup-tutupi. “Namun kalau ada orang yang bertanya kepada kami, kami buka apa adanya tentang keyakinan kami. Termasuk soal kepercayaan, tanpa ada tedeng aling-aling. [elsa-ol/Ceprudin-@Ceprudin/001]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Pasar Tradisional dan Masjid Emas sebagai Penanda Kawasan Muslim Quiapo, Manila Filipina

Oleh: Tedi Kholiludin Quiapo adalah sebuah distrik yang berada merupakan...

Beristirahat Sejenak di Kapernaum: Renungan Yohanes 2:12

Oleh: Tedi Kholiludin “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama...

Dua Peneliti ELSA Presentasikan Hasil Risetnya di Pertemuan Jaringan Penelitian HIV Indonesia

Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV-Ina) menggelar pertemuan jaringan...

Liquid Identity: Saat Identitas menjadi Sebuah Entitas Muas

Oleh: Muhamad Sidik Pramono (Mahasiswa Magister Sosiologi Agama Universitas...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini