Acara audiensi dihadiri oleh perwakilan dari perwakilan dari Yayasa Nur Tsaqolain, organisasi masyarakat (Ormas) Islam yang ada di Jateng, Dinparbud, MUI, Kemenag, Polda dan Polres.
Pihak kepolisian Rebuplik Indonesia daerah Jateng (POLDA Jateng) dengan pasukan legkap ikut serta mengamankan selama berlangsungnya acara haul. Hal ini untuk mengantisipasi adanya aksi pembubaran yang dilancarkan oleh kelompok-kelompok tertentu. “Dari Polda dan Polres mempersilahkan kepada warga Syiah untuk terus menyelenggarakan acara haul dan kami siap mengamankannya,” tegas AKBP Budi Agus dari Intelkam Polda Jateng.
Meski harus berpindah tempat ke Masjid Nuruts Tsaqolain namun warga syiah dengan berhati besar menerima. Bagi mereka yang terpenting dizinkan menyelenggarakan untuk menyelenggarakan acara sudah cukup. “Kami dengan berbesar hati menerima pembatalan ijin tempat di gedung Kesenian dan Kebudayaan PT. PRPP dan berpindah ke masjid Nuruts Tsaqolain, asalkan kami mendapat izin untuk menyelenggarakan acara haul cucu nabi,” ujar salah satu panitia pelaksana.
Namun pada saat berlangsungnya acara haul ada kelompok ormas yang mengatasnamakan diri sebagai FUIS dan FPI menggruduk tempat acara haul. Dengan jumlah masa kurang lebih seratus orang, mereka berorasi dengan mengatakan bahwa siapapun yang dalam fiqihnya tidak mengikuti empat mazhab (Imam Hanafi, Syafi’i, Maliki, Hambali. red), dalam teologinya tidak mengikuti Imam Asy’ari, Imam Maturidi dan dalam tasawufnya tidak mengikuti Imam Ghozali dan Imam Junaidi, maka itu ditolak.
Beruntung, polisi dengan sigap menahan masa untuk tidak sampai ke tempat acara, mereka hanya sampai di Masjid Baitul Ma’mur yang jaraknya kurang lebih tiga ratus meter dari tempat acara.
Warga Kelurahan Bom Lama dan warga Syiah terlihat panik dengan kedatangan ormas yang berusaha membubarkan acara haul. Hingga akhirnya acara haul yang semula dijadwalkan dari pukul 13.00-16-00 terpaksa hanya sampai pukul 15.00.
Ashadi selaku ta’mir masjid Baitul Ma’mur mengingatkan kepada masa FUIS dan FPI untuk jangan melakukan kerusuhan dan pembubaran acara warga Syiah. Dia mengatakan diantara masa yang berdemo, “Bapak-bapak mari kita jaga keamanan bersama, biarkan mereka menjalankan apa yang mereka yakni, mereka juga sedang mengaji jadi mari kita jaga bersama jangan dibubarkan,” tutur salah satu warga Nahdlotul Ulama (NU) ini.
Menurut pengakuan Ashadi terhadap elsaonline.com, dirinya sempat mengunci masjid setelah ia tahu ada masa yang ingin berdemo. “Tadi saya sempat mengunci gerbang masjid karena saya larang mereka masuk, tetapi karena alasan mereka ingin salat maka saya buka kembali,” ungkapnya. [Firdos-@maestroidoz/001]