“Adzan” Kristiani

Oleh: Tedi Kholiludin

Tahun 2005 atau 2006 saya membaca sebuah artikel reflektif di Majalah Inspirasi. Bacaan yang dikelola oleh Romo Aloys Budi Purnomo dan kawan-kawan itu memuat satu tulisan yang terus saya ingat substansinya hingga sekarang. Jika tak salah, judulnya “Remembering the suffering story through adzan.” Saya lupa siapa penulisnya, mungkin Romo Budi sendiri. Isinya kurang lebih tentang bagaimana umat Kristen atau Katolik yang hidup berdampingan dengan umat Islam di sekelilingnya, memaknai adzan.

Adzan adalah panggilan bagi umat Islam untuk melaksanakan sholat lima waktu. Setiap hari, terutama di wilayah dimana Islam dipeluk oleh banyak orang, suara adzan akan begitu dekat dengan kehidupan siapapun. Umat Kristen dan Katolik yang tinggal di sekelilingnya punya kesempatan untuk memaknainya. Artikel tersebut mencoba untuk memberi makna atas adzan dari sudut pandang sebagai penganut Katolik.

Saya mencoba menuliskannya kembali sesuai dengan apa yang saya ingat.

***

Siang hari, Yesus disalibkan. Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga (Matius 27:45). Pada waktu ini, adzan berkumandang sebagai panggilan bagi umat Islam melaksanakan sholat dhuhur. Orang Kristen memaknai adzan dalam pengertian bahwa ini adalah panggilan juga bagi mereka untuk mengingat bahwa pada siang itu, Yesus sedang menjadi penebus dosa di tiang salib.

Pasca menjalani hukuman di tiang Salib, Yesus kemudian meninggal pada sore harinya, sekitar pukul 15.00. Yesus menjadi martir dan meninggal dalam keabadian. Domba Paskah disembelih di Bait Suci menurut Hukum Taurat. Waktu ini adalah saat adzan Ashar berkumandang. Umat Islam dipanggil untuk melaksanakan ibadah Ashar sore hari.

Setelah meninggal, Yesus kemudian diturunkan dari kayu salib pada pukul 6 sore hari oleh Yusuf Arimatea, salah satu pengikutnya. Pada jam ini, umat Islam melaksanakan sholat maghrib. Adzan memanggil umat Islam untuk segera melaksanakan ibadah sholat di senja hari ini.

Baca Juga  Sinci Gus Dur Adalah Ungkapan Cinta

Tak lama setelah meninggal, Yesus kemudian dimakamkan di sebuah batu kubur besar pada kurang lebih pukul 19.00. Umat Islam melaksanakan sholat isya pada jam ini. Selain kisah tentang dikuburkannya Yesus, waktu tersebut juga bisa diingat sebagai masa dimana Yesus menetapkan The Last Supper, perjamuan terakhir dan kemudian berdoa di Taman Getsemani.

Adzan Subuh, bisa dimaknai sebagai waktu dimana Yesus ditangkap di Getsemani. Ia ditangkap dan disiksa oleh Pasukan Romawi sebelum kemudian disalibkannya pada waktu dzuhur.

***

Cara memetik hikmat dalam cerita tentang penderitaan Yesus yang disambungkan oleh tradisi Islam tentu harus dicermati dalam konteks yang lebih filosofis. Karena jika masuk dalam refleksi yang bersifat historis, kita akan menemukan beberapa ketidaksesuaian. Misalnya beberapa tafsir atas peristiwa jelang meninggalnya Yesus yang juga tidak tunggal.

Namun, lebih dari itu, pesan dari tulisan ini bukan pada sisi empiriknya, melainkan memaknai tradisi kita dengan jalan meniti jembatan dari tradisi lain.

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini