Judul buku: The Politics of Religion in Indonesia
Penerbit: Routledge
Editor: Michel Picard dan Remy Madinier
Tebal buku:238 + xv halaman
Peresensi: Tedi Kholiludin
Diedit oleh Michel Picard dan Remy Madinier, buku “The Politics of Religion in Indonesia” ini berisi 8 tulisan yang mendedah “politik agama” di dua wilayah, Jawa dan Bali. Mereka yang terlibat dalam penulisan buku ini antara lain, Andree Feillard (peneliti Nahdlatul Ulama), Robert Hefner, Michel Picard dan lainnya.
Buku ini memfokuskan pada pemaknaan masyarakat Jawa terhadap “agama,” melalui proses dialogis lokalisasi “agama-agama dunia” dan globalisasi “agama-agama lokal.” Meski isu yang diangkat dibingkai dalam bahasan relasi antara yang “lokal” dan “global,” globalisasi dalam buku ini akan lebih baik jika tidak dimaknai dampak yang didapatkan karena pengaruh luar sehingga harus dilokalisasi. Tapi, globalisasi disini dimaksudkan sebagai adanya upaya mediasi dari negara melalui kekuatan politiknya.
Dalam hal ini, hipotesis sementara mereka adalah bahwa di Jawa seperti yang juga terjadi di Bali, ada sebuah ketegangan yang sedang berlangsung antara pendukung lokal mengenai pergeseran pandangan dunia dan praktek ritual adat, yang menganggap mereka sebagai individu yang cukup mandiri dan layak disebut dengan penganut agama.
Ketegangan ini memainkan berperan dalam konstruksi keberagamaan orang Indonesia yang diakui oleh negara.
Buku yang terbagi ke dalam dua bagian ini menjelakan mengenai hubungan antara Javanism, Kekristenan dan Islam sebagai representasi dari agama universal dan negara Indonesia di bagian pertama. Madinier dan Feillard masing-masing menjabarkan isu Jawanisasi Islam dan Kristen. Sementara Hefner dan Francois Raillon menggambarkan tema mengenai pertarungan Kejawen dan kebangkitan politik Islam. Jika Hefner lebih fokus pada tradisi abangan, Raillon memfokuskan pada percakapan mengenai Pancasila di era Reformasi.
Madinier bercerita tentang strategi yang digunakan pada akhir abad 19 oleh misionaris dari Serikat Jesuit, Franciscus van Lith dalam mendialogkan Kekatolikan dengan agama orang Jawa. Itu ia lakukan dengan melihat pengalaman kegagalan misionaris Protestan dari Eropa yang memaksakan Kekristenan ke dalam tradisi masyarakat Jawa.
Gambaran menarik dielaborasi oleh Feillard. Feillard mendedah akomodasi Islam terhadap tradisi Jawa. Menurut Feillard, ulama di Jawa lebih akomodatif ketimbang reformis dalam kaitannya dengan tradisi lokal. Ia mencermati hal tersebut publikasi dari NU, Berita Nahdlatoel Oelama (BNO) di tahun 1930an. Dalam BNO, tergambar jelas bahwa NU memiliki definisi yang eksklusif tentang agama, hanya yang emiliki Kitab Suci dan berasal dari wahyu sajalah yang bisa disebut sebagai agama. ide ini dikombinasikan dengan doktrin kesempurnaan dalam ajaran Islam yang tak bisa berubah dan membuat agama ini berada di atas semua agama. lebih lanjut, BNO memberikan sedikit pemikiran tentang tradisi Jawa, adat, kejawen, roh leluhur dan ritual-ritual masyarakat Jawa Pra Islam.
Buku ini menarik karena meski ditulis “keroyokan,” tapi tetap ada dalam satu jalur, agama dan politik. Secara umum ada kesepakatan tak tertulis, bahwa di Indonesia agama tidak mesti melulu masalah teologis, tapi juga ada kuasa politik disana.