Aktivis Semarang Peringati 10 Tahun Munir

Pengunjung Car Free Day menikmati kartun Munir
Pengunjung Car Free Day menikmati kartun Munir
[Semarang –elsaonline.com] Aksi peringatan 10 tahun kasus pelanggaran HAM terhadap Munir Said Thalib di Semarang dilakukan dengan aksi teatrikal ‘Mati Munir Satu Tumbuh Munir Seribu’, di Car Free Daya Jalan Pahlawan Semarang, Minggu (7/9) pagi. Performance art tersebut ditampilkan seniman Widyo ‘Babahe’ Leksono dengan merepresentasikan ikhwal perjuangan Munir.

Dalam aksinya, Babahe membawa ratusan bendera merah putih kemudian ditancapkan dalam batang pisang yang dibalut kain kafan. Sekian detik berlalu, Munir dibunuh dan kematiannya memunculkan Munir-Munir baru. Ditampilkan pula, jenazah Munir ditancapi bendera merah putih dan digotong untuk dimasukkan dalam peti. Lagu gugur bunga pun berkumandang. Setelah itu, jenazah ini diusung ke Taman Menteri Supeno yang diiringi ratusan orang bertopeng wajah Munir. Akhirnya, “jenazah” Munir dilarung di Sungai Banjir Kanal Barat.

Koordinator Koalisi Semarang Untuk Munir, Rukardi, mengatakan, aksi pagi ini merupakan bagian kampanye simpatik damai ‘Pekan Peringatan 10 Tahun Kematian Munir. Selain sosialisasi dalam Car Free Day, pihaknya juga menggelar rangkaian acara dari Minggu (7/9) hingga Kamis (11/9) mendatang. “Acara tersebut dipusatkan di Gedung Notariat Kampus Undip Pleburan. Acaranya pameran seni rupa, panggung budaya, pemutaran film dan lain-lain,” ungkap dia.

Selain teatrikal penuntasan kasus Munir, puluhan seniman menggoreskan kuas di atas kertas sepanjang 500 meter. Salah satu gambarnya, terlihat wajah Munir yang sedih dengan tangan bersimbol tanda tanya. Ada pula, gambar pesawat berkepala babi mirip pesawat Garuda Indonesia GA 974 karya Ibnu Thalhal yang menjadi lokasi tewasnya Munir pada 7 September 2004 lalu. “Ini satu tekad untuk Munir. Karena semangat Munir terus hidup,” tegas pria berkacamata itu.

Ya, di atas lembaran kertas warna putih ini pula tampak jelas guratan-guratan tulisan yang menggambarkan kekecewaan terkait mandeknya kasus kematan Munir. Bahkan ada pula yang bernada menghujat politikus nasional yang dianggap terlibat dalam kasus tersebut. Mereka menuliskan, ‘Kasus Munir Butuh Political Will Para Elit’, ‘Hendropriyono Jadilah Kau Ksatria,’ dan ‘Munir Patriot Bangsa’. Meski demikian, terselip juga ‘Save Rembang’ dan tangan terkepal ‘Merdeka!’.

Baca Juga  Koalisi Partai Konservatif, Ancaman Kelompok Pro-Pluralisme

Rukardi menambahkan, banyak kasus pelanggaran HAM terhadap rakyat kecil tak pernah diusut tuntas. Bahkan, lanjut dia, dalang utama pembunuhan Munir yang sudah 10 tahun pun demikian. Karena itu, ia meminta penuntasan kasus Munir harus menjadi agenda penegakan HAM bagi pemerintah baru. “Sebab, kasus Munir seperti kunci pembuka kasus-kasus pelanggaran HAM lain. Jika kuncinya terbuka, kami yakin kasus-kasus lain juga segera diungkap,” tandasnya. [elsa-ol/Munif-@MunifBams]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Nahdlatul Arabiyyah Semarang: Jejak Keturunan Arab yang Terlupakan (Bagian Pertama)

Oleh: Tedi Kholiludin Pertumbuhan organisasi keturunan Arab di Hindia Belanda...

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini