[Semarang -elsaonline.com] Sejak 20 Januari 2015 Sekretaris Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH. Dr Mohamad Arja Imroni, mengikuti Interfaith Dialogue di Israel. Tema besar yang menjadi perbincangan disana adalah perdamaian antar agama.
Dalam laman facebook pribadinya, kiai yang kerap berdakwah keliling kampung ini ini menuliskan pengalamannya. Ada fakta menarik yang terungkap dalam Interfaith Dialogue di daerah konflik itu. Adalah bapak guru bangsa kita KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menjadi pembicaraan hangat.
”KH Abdurrahman Wahid, nama seorang muslim Indonesia yang paling sering kami dengar dari tokoh-tokoh agama di Israel. Para Rabai (pendeta) Yahudi, tokoh Kristen, dan beberapa promotor Interfaith Dialogue di Israel,” tulis doktor Ilmu Tafsir yang mengajar di UIN Walisongo ini di akun facebooknya, Minggu (25/1/14)
Di Israel, Arja mengikuti dari dua forum seminar dan diskusi informal. Sungguh banyak data dan fakta menarik tentang Gus Dur yang terungkap. Ia menuliskan, eksistensi Gus Dur sangat berarti bagi umat beragama khususnya di wilayah konflik seperti Israel-Palestina.
Eksistensi Gus Dur ini tentu saja tidak bisa dilepaskan dari pengaruh agama yang berbeda-beda di sana. Disaat kondisi antar umat beragama sudah tidak saling percaya, orang Yahudi tidak percaya lagi kepada Muslim, demikian juga sebaliknya orang Muslim tidak percaya lagi kepada Yahudi dan non muslim lainnya.
”(Dalam keadaan demikian) Gus Dur datang ke Israel memberikan harapan. Ya, harapan masa depan perdamaian di Holy Land ini,” demikian dituliskan Arja, dengan mengutip pandangan dari tokoh perempuan Yahudi dari lembaga The Elijah Interfaith Dialogue, Peta Pellach.
Diskusi dengan Gus Dur, menyimak sepak terjangnya didunia internasional yang luar biasa, membuat kami semakin memahami bahwa Islam yang sebenarnya adalah Islam yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh Gus Dur. Demikian menurut Pellach.
Kala datang ke Israel Gus Dur banyak memberikan motivasi dalam perdamaian dunia. “Saya masih terngiang dengan kata kata Gus Dur ‘lakukan kebaikan yang selama ini telah kamu lakukan, maka engkau akan mendapatkan perdamaian di tanah suci tiga agama ini,” masih menurut Pellach, sebagaimana ditulis Arja.
Arja merasa sangat tertarik dengan fakta itu. Baginya yang sangat menarik adalah para Yahudi dan Kristen di Israel sangat berharap akan terus berkembangnya Islam Moderat. Islam sebagaimana yang ada di Indonesia yang telah ditunjukkan oleh Gus Dur.
Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sangat diharapkan peran aktifnya dalam membantu proses perdamaian di wilayah ini (daerah konflik-red). Moderasi Islam yang dibawa oleh Gus Dur telah merubah pandangan kami tentang Islam di dunia.
“Kami sangat berharap pemahaman Islam “model” Gus Dur ini akan terus berkembang agar dunia menjadi lebih damai. Demikian antara lain hasil diskusinya,” petik Arja, mengambil simpulan diskusi itu.
Ternyata, bukan hanya dialog serius yang disampaikan di luar negeri untuk perdamaian. Ada juga yang amat terkesan dengan guyonan ala Gus Dur. Guyonan yang mengandung makna dalam berkaitan dengan isu yang berkembanga.
”Tentu saja ada hal menarik, selain yang serius itu, mereka juga sangat terkesan dengan humor-humor Gus Dur, sebagaimana disampaikan oleh Emanuel Shahaf, seorang Yahudi yang menjadi Vice Chairman Israel-Indonesia Chamber of Commerce,” tulis Arja pada kalimat terakhirnya. @ceprudin [elsa-ol/Ceprudin-@ceprudin]
Gus Dur mengajarkan kepada kita tentang ukhuwah basyariyah (pergaulan dengan sesama manusia)