Detik-detik Waisak 2014, Tiba Dini Hari

Pandita Henry Basuki
Pandita Henry Basuki

[Semarang –elsaonline.com] Puncak sakral perayaan hari besar Waisak 2014 diperkirakan akan sangat khusuk. Pasalnya, berdasarkan perhitungan perputaran bulan Waisak 2014, jatuh pada Kamis (5/15) tepat pukul 02.15.37 detik, dini hari. Dini hari adalah waktu yang sangat tepat untuk meditasi.

Ketua Dewan Pertimbangan Pandita, Majelis Agama Buddha Teravada Indonesia (Magabudhi) Jawa Tengah, Henry Basuki menyampaikan, titik paling sakral peringatan hari Waisak tahun ini tiba dini hari. Perhitungan tersebut dilakukan secara terpusat di London. “Pada jam itu, umat Buddha seluruh dunia memperingatinya. Secara internasional perhitungannya sama, sehingga semua umat di penjuru dunia tak ada perbedaan waktu untuk melaksanakan puncaknya,” tutur Henry, saat dihubungi elsaonline, Selasa (13/5). Dia menambahkan, secara nasional peringatan Waisak akan dilaksanakan di Candi Borobudur Magelang, Jawa Tengah.

Sebagai informasi, Wakil Presiden Boediono dikabarkan akan menghadiri peringatan akbar ini. Boediono dan rombongan dijadwalkan tiba di Borobudur pada Rabu (14/5/14) malam. Umat Buddha dari sejumlah daerah akan mengisi acara setelah Wapres memberikan sambutan. Para bhiksu akan melepaskan ribuan lampion sebagai puncak perayaan Waisak.

Untuk keamanan, pengelola Borobudur dan polisi telah berkoordinasi. Polisi akan mengamankan peringatan Waisak mulai dari lokasi awal prosesi di Candi Mendut hingga detik-detik peringatan Waisak di Candi Borobudur. Menurut Henry, semua tempat ibadah akan mengadakan prosesi ritual detik-detik Hari Raya Waisak. Untuk di Semarang, perayaan paling besar diperkirakan di Vihara Watugong dan Vihara Tanah Putih.

Selain dua tempat ibadah itu, masing-masing juga ada yang merayakan di tempat-tempat ibadah lainnya. “Saat tiba detik-detik sakral peringatan Hari Raya Waisak, akan ditandai dengan ritual meditasi. Jadi semua umat Buddha di seluruh dunia serempak melakukan meditasi yang tiba pada waktu dini hari itu,” imbuhnya. Biasanya, sebagai penanda masuk detik-detik sakral dengan penabuhan gong khusus sebanyak tiga kali oleh Biksu di depan altar dengan patung Sang Buddha Gautama di tengahnya.

Baca Juga  "Panggilan Iman Saya, Menjaga Pancasila..."

Demikian biasanya ritual sebagai penanda tiba waktu suci umat Buddha. Para biksu berbagai Dewan Sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) dan puluhan ribu umat Buddha berasal dari berbagai daerah di Indonesia serta mancanegara pun masuk dalam suasana khusyuk, ketika waktu itu tiba. [elsa-ol/Cep-@Ceprudin]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Memahami Jalur Eskalasi dan Deeskalasi Konflik

Oleh: Tedi Kholiludin Konflik, dalam wacana sehari-hari, kerap disamakan dengan...

Tiga Pendekatan Perdamaian

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam artikel “Three Approaches to Peace: Peacekeeping,...

Wajah-wajah Kekerasan: Kekerasan Langsung, Kekerasan Struktural dan Kekerasan Kultural

Oleh: Tedi Kholiludin Johan Galtung (1990) dalam Cultural Violence membagi...

Memahami Dinamika Konflik melalui Segitga Galtung: Kontradiksi, Sikap dan Perilaku

Oleh: Tedi Kholiludin Johan Galtung dikenal sebagai pemikir yang karyanya...

Laporan Tahunan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Jawa Tengah 2024

ELSA berusaha untuk konsisten berbagi informasi kepada public tentang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini