
[Semarang –elsaonline.com] Tahun 1815 Gottlob Bruckner diutus oleh London Missionary Society (LMS). LMS saat itu bekerjasama dengan Het Nederlandsch Zendeling Genootchap (Nederland Missionary Society, NZG). Di Jawa, Thomas Stamford Raffles menduduki jabatan sebagai Gubernur Jenderal Inggris setelah H. M. Daendels menyerahkan kekuasaan kepadanya.
Bruckner tak sendirian. Ia diutus bersama J.C. Supper dan J. Kam. Supper diutus ke Jakarta dan Kam ditempatkan di Ambon. Bruckner sendiri diminta untuk melakukan pekabaran Injil di Semarang. “Lembaga Alkitab Indonesia yang memainkan peran penting dalam pekabaran Injil didirikan pada tahun (1815) ini,” tulis Sutarman Partonadi dalam Komunitas Sadrach dan Akar Kontekstualnya.
Sebelum kehadiran Bruckner, di Semarang sudah Indische Kerk atau yang sekarang dikenal sebagai Gereja Blenduk (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat, GPIB). Gereja ini didirikan tahun 1753. Hingga tahun 1816, Bruckner diminta melayani di gereja ini.
Bruckner, yang lahir di Jerman 1783 ini sebenarnya ingin menyebarkan Kekristenan ke masyarakat Jawa. Sementara di Indische Kerk ia hanya menyampaikan pesan-pesan Injil kepada orang Kristen dari Belanda serta serdadu VOC dari Indonesia Timur. Ia tak mendapatkan ruang untuk itu. Apalagi VOC memberikan batasan ketat soal batas-batas Kristenisasi.
Setelah kurang lebih satu tahun berperan sebagai pelayan di Indische Kerk, Bruckner pada usaha penerjemahan Alkitab Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Jawa. Ia mendapatkan dukungan dari Baptist Missionary Society, Inggris. “Selama di Indonesia, Bruckner tak membaptis seorang pun,” kata Th. Van den End dalam Ragi Carita.

Dengan terlebih dahulu belajar Bahasa Jawa, tahun 1829 Bruckner merampungkan proyek penerjemahannya tersebut. Alkitab terjemahan Bruckner (ke bahasa Jawa) adalah yang pertama di nusantara. Dan bukan tidak mungkin, inilah proyek pertama penerjemahan Alkitab ke bahasa daerah.
Berhubung ketiadaan mesin cetak di Jawa, Bruckner membawanya ke Serampore (Srirampore), India. Lebih dari dua ribu eksemplar Alkitab bahasa Jawa dicetaknya, termasuk cetakan aksara Jawa. tak hanya Alkitab, Bruckner juga mencetak kamus Belanda-Jawa yang sangat bermanfaat baginya dalam proses penerjemahan Alkitab.
Bruckner mengakui bahwa tak mudah menyebarkan Kekristenan di Semarang. 12 Januari 1850 ia mengirimkan laporan kepada pihak NZG di Rotterdam. Katanya, seperti dikutip M.C. Ricklefs dalam Polarising Javanese Society, there was strong devotion to Islam among the populace particularly amongst the more eminent citizens because of the great number of Priest and Arab who live and travel from here and who have a remarkable influence to the people.”
Ada dua versi mengenai meninggalnya Bruckner. Muller Kruger dalam Sedjarah Geredja di Indonesia menyebut tahun 1849 di Salatiga, sementara End mengatakan Bruckner meninggal di Semarang tahun 1857. Namun, kalau melihat tahun ia menulis surat seperti dikutip Ricklefs barangkali pendapat End yang mendekati kenyataan. [elsa-ol/TKh-@tedikholiludin]