eLSA Harus Konsisten Membela Hak Minoritas

Dr. H. M. Arja Imroni
Dr. H. M. Arja Imroni

[Semarang –elsaonline.com] Visi organisasi yang memiliki komitmen dalam memperjuangkan hak-hak minoritas menjadi hal penting bagi Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA). Pendiri eLSA, M. Arja Imroni mengatakan hal tersebut dalam acara syukuran rampungya pembangunan ruang baru di kantor baru eLSA, Jumat (16/5).

“Saya senang karena teman-teman yang ada di eLSA ini adalah orang yang mau belajar. Dalam bahasa filsafatnya, mereka adalah orang-orang yang terus menerus berada dalam proses menjadi,” kata pengajar Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang tersebut.

Selain mendiskusikan hal yang berkaitan dengan isu Hak Asasi Manusia dan masalah sosial, eLSA  juga perlu untuk memperluas kajian. “Tema-tema studi keislaman mesti terus dikembangkan. Isu terkini seperti masalah lingkungan, bisa dikaji dengan perspektif baru,“ terang Arja, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah ini.

Masih menurut Arja, gairah pemikiran dan pengembangan intelektual ini harus ditekankan oleh eLSA, sehingga lembaga ini menjadi penting dan dibutuhkan di masyarakat. eLSA, kata Arja sudah bisa menyeimbangkan antara berdiskusi dengan aksi. “Kita kadang-kadang perlu menyeimbangkan teori dan aksi. Sering kita lebih banyak menekankan pada halaqoh (berdiskusi dan berwacana melalui kajian-kajian, red), sementara lemah dalam harakahnya (implementasi dan tindakan aksi, red). eLSA saya melihat sudah berusaha menyeimbangkan keduanya,” lanjut Arja.

Dewan pendiri eLSA lainnya, Sahidin menambahkan bahwa eLSA telah mengambil pilihan yang bagi beberapa kalangan cukup beresiko. Mengadvokasi kelompok-kelompok minoritas itu jelas bukan pilihan yang mudah. “Di sini eLSA mesti konsisten dalam pendampingan dan advokasi terhadap mereka yang termarjinalkan,” kata Sahidin. Mahasiswa program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang ini menambahkan bahwa eLSA yang berdiri tahun 2005 ini harus memperhatikan aspek regenerasi dan kaderisasi.

Baca Juga  Ulil Abshar-Abdalla: Dunia Ilmu Pengetahuan Mengalami Gejala Profesionalisasi

Sementara, Eman Sulaiman, Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Bantuan Hukum NU mengkritisi beberapa hal dalam kinerja eLSA. “Menurut saya, eLSA perlu mendekati kelompok-kelompok yang selama ini diserang atau dikritik. Coba ajak mereka berdialog, sehingga seimbang,” tandas Eman.

Menurutnya, eLSA perlu mencermati ulang tentang posisi agama dalam kajian yang selama ini dilakukan oleh eLSA. Menurut Eman, keseimbangan antara jasad dan ruh itu harus terus ditata. “Bagaimana kita memahami agama ini tidak hanya sebagai jasadnya saja, tapi ruhnya juga kita dalami,” ujar Eman.

Perwakilan dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Jawa Tengah, H. Arif Syafi’i menyampaikan ucapan selamat atas apa yang sudah dijalankan oleh eLSA. Sebagai salah satu kelompok yang selama ini kerap berdiskusi dengan eLSA, JAI Jawa Tengah berharap agar eLSA terus berkembang. “Kami sangat terbantu oleh kehadiran kawan-kawan di eLSA. Ke depan, kerjasama dalam bidang apapun perlu untuk ditingkatkan kembali,” kata Arif. [elsa-ol/Cahyono-cahyonoanantato]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini