Hikayat Anusyirwan

0
1546
Sumber Foto: Wikimedia

Oleh: Tedi Kholiludin

Khosrau Anusyirwan atau Khosrau I yang juga biasa dikenal dengan Xusro I, Khosnow I, Chusro I, Khusro I, Husraw I, Khosrow I, Chosroes I, adalah penguasa Kerajaan Persia Sassanid/Sassaniyah yang lahir tahun 501. Anusyirwan bertahta di tampuk kekuasaan Sassaniyah sejak 13 September 531 hingga 31 Januari 579 M. Ia menggantikan ayahnya, Raja Kavadh I.

Dalam banyak literatur, Anusyirwan dikisahkan sebagai pimpinan yang adil, bijaksana dan terus berupaya menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Imam Al-Ghazali dalam karyanya “At-Tibrul Masbuk fi Nashihatil Muluk,” banyak mengutip cerita atau hikayat mengenai kisah Anusyirwan dalam mengejewantahkan moralitas politik.

Cara al-Ghazali mengelaborasi atau menelaah kisah-kisah bijak Anusyirwan ini menarik. dalam salah satu kutipannya, al-Ghazali mengatakan bahwa pemimpin yang kafir selagi dia berbuat adil, akan tetap membuat sejahtera sebuah negara. Namun, pemimpin yang tidak adil, betapapun ia seorang beriman, akan membuat negara menjadi rusak. Sehingga, kekuasaan dan bagaimana ia dikendalikan, bukanlah siapa beragama apa, tapi bagaimana seorang pemimpin menciptakan kebijakan yang adil bagi rakyatnya.

Selain soal keadilan, kisah Anusyirwan yang ditukil al-Ghazali menyiratkan hal yang sangat penting, yakni inklusivitas. Kerajaan Persia semasa dipimpin oleh Anusyirwan bukanlah imperium Islam, karena ia bertahta di masa Nabi Muhammad lahir di Mekkah. Tapi, al-Ghazali tak ragu menghadirkan Anusyirwan sebagai prototipe pemimpin yang mendekati ideal, meski bukan seorang Majusi. Al-Ghazali tidak romantis, ia realistis.

Jika seorang muslim Indonesia, berbicara tentang ideal pemimpin yang ada pada masa Sriwijaya, Majapahit, Tarumanegara, atau Pajajaran misalnya, maka kurang lebih demikian yang dilakukan al-Ghazali ketika ia mencontohkan Anusyirwan dan tindakan politiknya.

***

Perdana Menteri Kerajaan Sassaniyah, Yunan, adalah orang yang sudah cukup lama ada di istana. Ia mengikuti setiap jengkal perjalanan kerajaan masyhur itu. Satu hari Anusyirwan meminta kepada Yunan untuk menceritakan tentang raja-raja sebelum dirinya. “Aku ingin engkau menceritakan kepadaku mengenai perjalanan raja-raja yang lalu,” kata Anusyirwan. Yunan kemudian menjawab “apakah engkau menginginkan agar aku memuji para raja yang lalu itu dengan tiga, dua atau satu hal saja”.

Baca Juga  Kematian, Kuburan, dan “Dunia Lain”

Mendengar tanggapan Yunan, Anusyirwan kemudian memberikan jawaban, “pujilah mereka dengan tiga hal.” Yunan kemudian menjelaskan tentang tiga pujian yang layak dialamatkan kepada raja-raja sebelum Anusyirwan. Pertama, kata Yunan, para raja yang bertahta tidak pernah berkata bohong, bekerja dengan sangat profesional dan tak pernah marah.

Anusyirwan kemudian meneruskan permintaannya kepada Yunan untuk menyebutkan dua pujian. “Mereka semua selamanya bersegera untuk melakukan kebaikan dan melakukan perbuatan yang baik. Dan raja-raja itu selamanya sangat hati-hati agar tidak berbuat jelek,” jawab Yunan.

Anusyirwan penasaran. Ia kemudian meminta Yunan memuji raja-raja dengan satu kategori saja. Yunan menjawab bahwa penguasaan dan keberanian mereka terhadap diri sendiri itu jauh lebih besar atau banak daripada keberanian terhadap orang lain. Atau bisa juga digambarkan bahwa pengendalian terhadap diri sendiri itu lebih banyak dilakukan daripada lainnya.

Mendengar cerita Yunan, Anusyirwan kemudian mencari gelas dan berkata; “Demi gelas ini, maka bergembiralah bagi orang-orang mulia, yang semuanya datang setelah kita. Dan mereka memiliki (meneruskan) mahkota dan tahta kita. Dan kemudian menyebut-nyebut kita, seperti halnya kita banyak menuturkan orang-orang sebelum kita.”

Demikianlah hikayat Anusyirwan, Raja yang Adil.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini