Imajinasi Sosial

Oleh: Iwan Madari
Jurnalis Lepas, Peminat Kajian Sains dan Budaya Jepang

Cobalah untuk mengingat pertama kali dalam hidup Anda ketika Anda membayangkan sesuatu. Mungkin membayangkan apa yang ada di balik pintu atau di bawah tempat tidur, atau alam semesta yang penuh keajaiban dan petualangan yang mengasyikkan. Sebagai anak-anak, imajinasi kita diam-diam dan didorong sebagai cara kita mengembangkan kemampuan kognitif kita. Seiring bertambahnya usia, kita mungkin tidak membayangkan wilayah ini dengan cara yang sama, tetapi kita terus menggunakan dan bergantung pada imajinasi kita dalam kehidupan sehari-hari, membayangkan situasi berbeda yang mungkin terjadi dalam beberapa saat atau dalam beberapa tahun. Jadi, kita sebenarnya menghabiskan banyak waktu di alam semesta khusus kita sendiri dengan membayangkan banyak kemungkinan alam semesta yang berbeda. Mengapa kita melakukan ini dan bagaimana kapasitas ini berkembang selama evolusi? Imajinasi mungkin membantu nenek moyang kita untuk sukses dalam membuat keputusan dan hidup dalam masyarakat yang kompleks.

Sejak munculnya Revolusi Kognitif, manusia hidup dalam realitas ganda, di satu sisi, realitas obyektif; pohon, batu, kayu, gunung dan laut, dan di sisi lain adalah realitas yang dibayangkan; tuhan, agama, perusahaan, negara, yang justru semakin kuat dan mampu mengatur realitas obyektif. Yuval Harari, dalam bukunya “Sapiens” berpendapat bahwa peradaban manusia dibangun di atas kapasitas kita untuk mengatur di sekitar konsep khayalan yang diyakini secara umum. Contoh Harari dari gagasan yang dibangun ini termasuk “korporasi” dan “negara-bangsa”, yang antara lain telah memungkinkan kita untuk membentuk masyarakat yang kompleks.

Kawanan adalah kelompok masyarakat yang paling kecil, biasanya terdiri atas 5-80 orang, sebagian besar atau semuanya merupakan kerabat dekat atau sedarah, oleh karena itu semua keluarga besar di situ semuanya masih berkerabat. Semua manusia hidup dalam kawanan setidaknya 40.000 tahun lalu, dan sebagian besar masih hidup sampai sekitar sampai 11.000 tahun lalu, sisa-sisanya masih ada pada zaman modern ini pada wilayah terpencil pulau Amazon.

Kawanan tak memiliki lembaga formal seperti; hukum, pengadilan, polisi yang sekarang ada dalam lembaga masyarakat modern serta tak punya tempat tinggal permanen. Wilayah milik kawanan digunakan secara bersama oleh semua anggota kelompok bukan dibagi-bagi antar sub kelompok. Organisasi kawanan sering disebut sebagai “egaliter”: tidak ada stratifikasi sosial dan kepemimpinan yang terformalisasi, kepemimpinan dalam kawanan bersifat informal dan diperoleh melalui kualitas seperti kekuatan, kecerdasan dan ahli dalam pertarungan.

Mahluk seperti gorila, simpanse, dan bonobo yang masih kerabat dekat manusia juga hidup dalam kawanan. Semua manusia dulu juga begitu sampai teknologi yang lebih baik untuk mendapatkan makanan mengubah manusia dari pemburu-pengumpul yang nomaden menjadi penghuni permanen di sejumlah daerah sumber daya alam. Kawanan adalah organisasi politik, ekonomi dan sosial yang kita warisi dari jutaan tahun perjalanan evolusi manusia.

Tahap pertama setelah kawanan adalah suku, yang berbeda karena ukurannya lebih besar sekitar ratusan orang dan memiliki hunian tetap, tapi ada sejumlah suku yang terdiri atas penggembala yang berpindah secara musiman.

Organisasi kesukuan mulai muncul sekitar 13.000 tahun yang lalu di wilayah bulan sabit subur, yang sekarang meliputi sungai nil, laut mati, sungai jordan serta sungai efrat & tigris, kemudian di beberapa wilayah lain. Prasyarat munculnya pemukiman adalah produksi makanan atau lingkungan produktif dengan sumber daya terkonsentrasi. Itulah sebab pemukiman dan akhirnya menjadi suku , mulai bermunculan di wilayah bulan sabit subur pada waktu itu, ketika perubahan iklim dan teknologi yang lebih baik berkombinasi sehingga panen melimpah.

Baca Juga  Disesatkan, Pemeluk Sapto Dharmo Pindah Agama

Suku juga berbeda dari kawanan dalam hal pemukiman karena mereka menetap dan jumlah anggotanya lebih banyak, selain itu juga berbeda karena terdiri lebih dari satu kelompok kekerabatan yang diakui secara formal, kemudian disebut dengan klan , yang bisa bertukar pasangan nikah. Lahan dimiliki oleh klan tertentu, bukan keseluruhan suku. Jumlah orang dalam satu suku masih cukup sedikit sehingga orang masih saling kenal dan mengetahui nama serta kekerabatan masing-masing. Untuk jenis kelompok manusia lain, jumlah ratusan juga merupakan batas atas ukuran kelompok yang memungkinkan semua orang saling kenal.

Organisasi pemerintahan manusia cenderung berubah dari suku menjadi kedatuan dalam masyarakat yang beranggotakan beberapa ratus orang adalah sulitnya menyelesaikan konflik di antara orang-orang yang tak saling kenal dalam kelompok yang lebih besar. Kedatuan mulai muncul sekitar tahun 5500 SM di kawasan bulan sabit subur dan sekitar 1000 SM di kawasan Mesoamerika dan Andes. Bila menyangkut ukuran populasi, kedatuan berukuran lebih besar ketimbang suku, berkisar sampai beberapa puluh ribu jiwa. Ukuran sebesar itu berpotensi menciptakan konflik internal serius karena yang hidup dalam kedatuan kebanyakan adalah orang yang bukan kerabat dekatnya, juga tak pernah mengenal sebelumnya, munculnya kedatuan pertama sekitar 7.500 tahun lalu, orang harus belajar pertama kalinya dalam sejarah, untuk tidak membunuh orang asing yang pertama kali berjumpa dengannya. Kepala suku adalah pemegang jabatan tertinggi dan diakui serta diwariskan secara turun-temurun. Kepala suku memegang otoritas tertinggi dan tersentralisasi, pengambil keputusan penting tertinggi, kepala suku dapat dikenali dari pakaiannya yang mencolok dan tampak mewah. Rakyat jelata yang berjumpa dengannya harus melaksanakan ritual penghormatan. Perintah kepala suku mungkin disampaikan kepada birokrat dibawahnya, tapi kontras dengan birokrat negara, birokrat kedatuan memiliki peran umum bukan terspesialisasi.

Kedatuan membutuhkan ideologi atau agama untuk memperoleh dukungan rakyat. Kawanan atau suku sebelumnya sudah memiliki kepercayaan supranatural, seperti agama-agama masa kini, namun kepercayaan supranatural atau suku tak berfungsi untuk menjustifikasi kewenangan terpusat, pemindahan harta atau mempertahankan kedamaian antara para individu yang tidak berkerabat, sewaktu memperoleh hal-hal tersebut dan menjadi terlembagakan, kepercayaan supranatural pun berubah dengan apa yang sekarang kita sebut sebagai agama. Para kepala suku mengaku bahwa mereka adalah dewa atau keturunan dewa, paling tidak menjadi juru bicara dewa. Kepala suku mengklaim melayani rakyatnya dengan menjadi penghubung mereka dengan dewa.

Ciri kedatuan adalah memiliki ideologi, pendahulu bagi agama yang terlembaga yang menyokong kewenangan sang kepala suku. Sang kepala suku mungkin memadukan jabatan pemimpin politik dan pemuka agama atau mendukung para pemuka agama yang berfungsi menyediakan justifikasi ideologi kepada kepala suku. Agama terlembaga membawa manfaat penting bagi masyarakat tersentralisasi. Pertama, kesamaan ideologi atau agama mampu memecahkan masalah dengan menyediakan ikatan yang tak berdasarkan hubungan darah. Kedua, agama terlembaga memberikan motif kepada orang-orang selain kepentingan pribadi genetis, mengorbankan jiwa demi orang lain atau negara.

Baca Juga  Yang Sempalan dan Yang Ortodoksi

Semua masyarakat manusia yang telah diketahui memiliki “agama” atau sesuatu yang mirip dengan itu. Ini menunjukkan bahwa tampaknya agama memenuhi suatu kebutuhan universal manusia atau menjadi satu bagian kodrat manusia. Agama adalah satu bidang di mana lembaga-lembaga tradisional masih bertahan dalam masyarakat modern, agama-agama utama sekarang muncul sekitar 3000 sampai 1500 tahun lalu dalam masyarakat yang lebih kecil dan tradisional ketimbang masyarakat sekarang yang menganutnya.

Agama adalah kepercayaan akan agen supranatural yang dipostulasikan yang keberadaannya tak bisa dibuktikan dengan indera-indera kita, namun dinyatakan sebagai pemberi penjelasan bagi hal-hal yang memang dibuktikan oleh indera-indera kita, kepercayaan akan agen supranatural yang merupakan ciri agama yang paling tersebar luas. Banyak agama yang melangkah lebih jauh dan mendalilkan keberadaan suatu dunia supranatural paralel, yang biasa disebut surga neraka atau akhirat yang akan kita huni setelah mati. Sejumlah pemeluk agama sangat yakin akan keberadaan para agen supranatural sampai mereka bersikeras bahwa mereka pernah melihat, atau mendengar dan merasakan para agen supranatural ini.

Agama juga merupakan pergerakan sosial orang-orang yang mengindentifikasi diri sebagai memegang kepercayaan mendalam yang sama, seseorang meyakini sesosok tuhan dan daftar panjang doktrin yang diciptakan sendiri serta mengorbankan waktunya untuk ritual keagamaan. Agama juga mempunyai konsekuensi praktis terhadap pengikutnya harus berperilaku. Aturan perilaku tersebut bermacam-macam bentuknya, bisa semacam syariat, kode moral, tabu dan kewajiban, selain itu agama juga mengajarkan bahwa para agen supranatural tidak hanya mengganjar pahala bagi mereka yang berbuat baik tapi juga menghukum pelaku kejahatan, dan bisa juga dibujuk melalui doa, sedekah dan pengorbanan supaya bisa memudahkan dan menguntungkan manusia.

Masa sekarang terhitung sejak revolusi Prancis adalah masa tumbuhnya sekulerisme, yang mana agama-agama besar tradisional semakin kehilangan nilainya, tetapi kalau kita memasukkan juga agama-agama non teis, maka masa sekarang ternyata juga merupakan masa gairah relijius yang intens, upaya-upaya misioner yang tiada tandingannya. Abad modern adalah bangkitnya agama-agama non teis baru, seperti; Liberalisme, Nazisme, Nasionalism, Feminisme, Kapitalisme. Kredo-kredo ini tak suka disebut agama, melainkan ideologi. Jika sebuah agama teis adalah sebuah sistem norma-norma dan nilai-nilai moral manusia bertumpu pada keyakinan terhadap suatu tatanan yang dibikin mahluk supranatural, maka Nazisme dan Komunisme tak ubahnya sebuah agama sebagaimana Islam dan Kristen, tapi Nazisme dan Komunisme tak memandang mahluk supranatural sebagai pengatur tatanan dunia, orang-orang komunis dan nazi percaya bahwa tatanan dunia ditentukan oleh Karl Marx, Engels, Lenin, Stalin dan Hitler, tak cuma sampai disini mereka juga punya kitab-kitab seperti agama samawi, seperti komunis dengan Das Kapital dan Nazi dengan Mein Kampf, selain itu mereka juga punya teolog dan ahli tafsir tentang ajaran tersebut dan pengikutnya juga bersedia melakukan pengorbanan demi ideologi tersebut.

Komunitas yang diimajinasikan adalah sebuah komunitas berisi jutaan orang yang tak saling kenal, tapi diimajinasikan mereka adalah saling mengenal. Komunitas semacam ini bukanlah hal yang baru pada peradaban manusia. Kerajaan, negara, agama, ideologi bahkan sampai tingkat RT/RW adalah sebuah bentuk komunitas yang diimajinasikan. Pada zaman Tiongkok kuno, kaisar dipandang sebagai ayah tunggal bagi jutaan rakyatnya, Kim Il Sung adalah bapak tunggal dan suri tauladan bagi rakyat Korea Utara, para muslim di seluruh dunia mempunyai slogan: “semua muslim adalah saudara.” Negara dan pasar adalah komunitas yang diimajinasikan karena tidak mungkin bagi semua konsumen dalam sebuah pasar atau seluruh negara saling mengenal, tak ada penduduk Indonesia yang mengenal secara intim 270 juta penghuni kepulauan yang bernama Indonesia. Sepanjang jutaan orang meyakini meyakini eksistensi negara Indonesia, menuturkan mitos-mitos nasional Indonesia, dan bersedia berkorban untuk kejayaan, negara Indonesia akan tetap ada.

Baca Juga  Indeks Kota Islami

Negara berusaha keras untuk menyembunyikan karakter yang diimajinasikan, sebagian besar negara memandang hal tersebut adalah entitas natural dan abadi, yang diciptakan pada masa primordial melalui penyatuan tanah dan air melalui pengorbanan jiwa raga para penduduknya, namun klaim-klaim tersebut biasanya dibesar-besarkan.

Seiring dengan tumbuhnya konsumerisme, muncul juga komunitas yang diimajinasikan yang berbentuk suku-suku konsumen; Fans artis, anime, klub olahraga, dan merk kendaraan, para anggota suku ini juga bersedia berkorban bahkan berkelahi dengan anggota suku konsumen yang berbeda.

Uang adalah “kisah paling sukses yang pernah diceritakan.” Mata uang tidak memiliki inti, nilai intrinsik. Hal itu berlaku untuk logam berkilau favorit Anda seperti halnya uang kertas dan mata uang kripto. Nilai mata uang bergantung pada keyakinan bersama pada nilai itu. Uang adalah sistem saling percaya yang paling universal dan paling efisien yang pernah diciptakan, uang bukanlah realitas materi, melainkan konstruksi psikologis, dia mengubah materi menjadi pikiran. Bagaimana kita bisa percaya sekeping logam atau selembar kertas yang bergambar dan ada angkanya? Lalu yang terbaru adalah uang digital semacam Bitcoin atau Ethereum yang dibuat dengan bahasa pemrograman dan angka biner bisa mempunyai nilai tertentu sekalipun tak mempunyai wujud fisik? Yang menciptakan ini adalah suatu jalinan relasi politik, sosial dan ekonomi yang sangat rumit dan jangka panjang.

Jacob Bronowski percaya bahwa imajinasilah yang membuat manusia unik dari hewan. Bronowski adalah seorang intelektual kelahiran Polandia yang dilatih sebagai ahli matematika tetapi akhirnya belajar dan menulis tentang sains, teknologi, puisi, dan hubungan antara kreativitas dalam seni dan sains. Dalam esainya, The Reach of Imagination, ia menjelaskan, “Alat yang menempatkan pikiran manusia di depan hewan adalah imajinasi.” Dalam tulisannya, manusia memiliki kemampuan unik untuk membuat dan mengingat gambar – yang paling penting adalah kata-kata. “Hewan tidak memiliki kata-kata, dalam pengertian kita: tidak ada pusat khusus untuk bahasa di otak hewan mana pun, seperti yang ada pada manusia.”

Kita juga hidup di dunia maya yang merupakan hasil imajinasi kita. Mereka membutuhkan kemampuan untuk melatih itu juga. Anda tahu bahwa Anda tidak dapat mencapai semua hal melalui kreativitas dalam bisnis, dalam pekerjaan, dalam sistem sosial, dalam seni, dan sains jika imajinasi Anda berhenti berkembang.

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Nahdlatul Arabiyyah Semarang: Jejak Keturunan Arab yang Terlupakan (Bagian Pertama)

Oleh: Tedi Kholiludin Pertumbuhan organisasi keturunan Arab di Hindia Belanda...

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini