(Semarang, elsaonline.com) Penyebab tindakan radikal dan anarkis yang dilakukan umat beragama karena iman yang kekanak-kanakan. Yakni, iman yang hanya melihat simbol sebagai semangat keberagamaan saja. Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jateng, Abu Hafsin, di sela-sela seminar dan lokakarya yang dihelat Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan Diklat Kementrian Agama (Kemenag) RI baru-baru ini. “Agama hanya dipahami melalui simbol saja, tanpa disertai pengetahuan makna di balik yang terkandung dalam simbol agama,” tegas Abu Hafsin.
Ia mencontohkan kewajiban untuk berjihad dalam agama yang hanya dipahami sebagai landasan legalitas tindakan anarkistis berupa teror bom, aksi brutal, dan lain sebagainya. Menurut Abu, ajaran agama bukan hanya dipahami secara literal dan tekstual saja. Tapi, juga konstekstual. “Jika hanya dipahami secara literal dan tekstual, maka beragama menjadi ruang sempit. Karena ia tidak akan memberikan ruang gerak sesuai perubahan waktu dan tempat,” jelasnya seperti dilansir Radar Semarang, Senin (26/9).
Pemahaman sempit ini, sambung Abu, mengakibatkan penyempitan cara pandang. Baik orang yang diluar keyakinannya maupun orang yang berada di luar kelompok dalam satu keyakinan. “Begitu pula dengan penafsiran keagamaan yang disikapi sebagai ajaran yang absolut. Maka, orang akan bersikap eksklusif dan cenderung sektarian dengan orang yang berbeda pendapat,” katanya.
Tindakan efektif untuk menciptakan kedamaian antarumat beragama di Indonesia saat ini adalah dengan dialog. “Tidak akan terciptakan kedamaian, jika tidak ada dialog antara umat beragama. Namun, dialog tersebut adalah membahas permasalahan kemanusiaan, baik pendidikan, sosial dan ekonomi,” terangnya.
Semangat keberagamaan seseorang, saran Abu, harus pula disertai semangat pemahaman agama yang komprehensif. Jika dialog hanya membahas perbedaan mendasar, seperti keyakinan, maka tidak akan ketemu. “Padahal, dalam ibadah, lekat perdamaian,” ujarnya. Ia kembali mencontohkan tentang ibadah shalat yang dilakukan umat muslim, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. “Salam ini mestinya dimaknai sebagai doa keselamatan atau kedamaian,” terangnya.
Namun yang terjadi, keluhnya, kerap saat orang melakukan aksi jihad, yang terjadi justru kerusuhan seperti teror bom, pemukulan dan penghancuran tempat-tempat ibadah.[e]
cinta yg berlebih2an thd paham yg keliru itu ternyata mematikan. istilahnya apa: calon pengantin atau pengantin? semoga dialog masi bisa tetap jalan (tanpa ada perasaan curiga). karena yg rajin dialog aja masih sering salah paham apalagi yg ga mau dialog.