Jessika Liaurora Miss Waria Semarang

Jessika Liaurora  (tengah). [Foto: Yono]
Jessika Liaurora (tengah). [Foto: Yono]
[Semarang –elsaonline.com] Pesta syukuran malam berbagi kasih Komunitas Waria Semarang di Sate House Sriwijaya Jalan Imam Bonjol Semarang, Jumat (27/2) malam, begitu meriah. Dalam acara tersebut diisi dengan dinner, perwaris music and entertainment perform, lomba busana valentine dan imlek serta tak ketinggalan edukasi HIV dan AIDS.

Menurut Ketua Persatuan Waria Semarang (Perwaris), Silvy Mutiari, menuturkan, acara tersebut bertujuan untuk silaturrahmi dan bertukar informasi diantara waria. Selain itu, lanjut dia, untuk saling memotivasi dalam menyalurkan bakat terpendam yang dimiliki. “Untuk acara ini dihadiri sebanyak 75 orang. Mereka berasal dari Semarang, Kendal, Jepara, Demak dan Grobogan. Jadi, kegiatan ini untuk memotivasi dan silaturrahmi,” tutur dia disela-sela kegiatan.

Pada kontes kali ini yang menjadi sorotan adalah Jessika Liaurora. Maklum, Jessia merupakan peraih juara satu Miss Waria Semarang. Seusai menerima mahkota, Jessika tampak kalem meladeni teman-temannya untuk meminta foto dengannya. Jessika menceritakan bahwa seorang waria itu memiliki skill yang beragam yang tak kalah dengan wanita pada umumnya. Sehingga, lanjut dia, waria juga butuh pengembangan dan pemberdayaan agar mendapatkan kesetaraan yang sama.

“Teman-teman waria juga punya beragam kemampuan. Mulai dari yang mengajar tari, memainkan keyboard, merias dan bermain musik,” tutur Jessika, sapaan akrabnya. Di samping itu, sehari-hari Jessika mengaku sebagai guru tari di salah satu sekolah Taman Kanak-kanak (TK) Semarang. Bahkan, kata dia, orang tua mereka menyambut positif karena keahlian yang dimiliki untuk terus dikembangkan. “Keahlian yang saya miliki saya kembangkan demi karir saya ke depan. Walaupun status saya sebagai waria, tapi itu tidak menjadi hambatan untuk berkarir,” ujar waria kelahiran Semarang ini.

Baca Juga  GKI Gereformeerd: Gereja Peninggalan Belanda di Semarang

Meski demikian, Jessika berharap dapat meneruskan tugas Miss Waria Semarang 2015 untuk dapat menyebarkan informasi terkait kesehatan dan hak asasi manusia di Komunitas Waria Semarang. Menurutnya, agar tidak ada diskriminasi lagi yang berdasarkan identitas gender. “Saya berharap, acara ini dapat berlangsung tahun depan. Tentu guna pemberdayaan dan pengembangan kemampuan yang kami miliki sebagai waria,” pungkasnya. [Yono/001]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini