Menurut Ketua Persatuan Waria Semarang (Perwaris), Silvy Mutiari, menuturkan, acara tersebut bertujuan untuk silaturrahmi dan bertukar informasi diantara waria. Selain itu, lanjut dia, untuk saling memotivasi dalam menyalurkan bakat terpendam yang dimiliki. “Untuk acara ini dihadiri sebanyak 75 orang. Mereka berasal dari Semarang, Kendal, Jepara, Demak dan Grobogan. Jadi, kegiatan ini untuk memotivasi dan silaturrahmi,” tutur dia disela-sela kegiatan.
Pada kontes kali ini yang menjadi sorotan adalah Jessika Liaurora. Maklum, Jessia merupakan peraih juara satu Miss Waria Semarang. Seusai menerima mahkota, Jessika tampak kalem meladeni teman-temannya untuk meminta foto dengannya. Jessika menceritakan bahwa seorang waria itu memiliki skill yang beragam yang tak kalah dengan wanita pada umumnya. Sehingga, lanjut dia, waria juga butuh pengembangan dan pemberdayaan agar mendapatkan kesetaraan yang sama.
“Teman-teman waria juga punya beragam kemampuan. Mulai dari yang mengajar tari, memainkan keyboard, merias dan bermain musik,” tutur Jessika, sapaan akrabnya. Di samping itu, sehari-hari Jessika mengaku sebagai guru tari di salah satu sekolah Taman Kanak-kanak (TK) Semarang. Bahkan, kata dia, orang tua mereka menyambut positif karena keahlian yang dimiliki untuk terus dikembangkan. “Keahlian yang saya miliki saya kembangkan demi karir saya ke depan. Walaupun status saya sebagai waria, tapi itu tidak menjadi hambatan untuk berkarir,” ujar waria kelahiran Semarang ini.
Meski demikian, Jessika berharap dapat meneruskan tugas Miss Waria Semarang 2015 untuk dapat menyebarkan informasi terkait kesehatan dan hak asasi manusia di Komunitas Waria Semarang. Menurutnya, agar tidak ada diskriminasi lagi yang berdasarkan identitas gender. “Saya berharap, acara ini dapat berlangsung tahun depan. Tentu guna pemberdayaan dan pengembangan kemampuan yang kami miliki sebagai waria,” pungkasnya. [Yono/001]