Jepara -elsaonline.com, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jepara, yang merupakan rumah besar ulama, mengapresiasi terselenggaranya kegiatan peringatan Arbain (40 hari), meninggalnya Imam Husain, cucu Nabi Muhammad di Gedung Wanita kabupaten Jepara, Ahad, (18/09).
Ini tergambar dalam awal sambutan yang dibawakan oleh KH. Mashudi, selaku ketua MUI Kabupaten Jepara. Ia mengemukakan bahwa, bukti ulama cinta pada habaib, para ulama dan kiai tidak boleh lupa terhadap para habaib. Karena kecintaan kepada habaib, berarti cinta jidd-nya (kakeknya) habaib, yaitu Rosulullah.
Oleh karena itu, sambung Mashudi, MUI sangat mengapresiasi kegiatan ini. Dengan adanya kegiatan ini mudah-mudahan sebagai bentuk dari kontribusi Ahlul Bait Indonesia (ABI) merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa, menuju bangsa yang bermartabat, bangsa yang besar di tengah-tengah bangsa yang lain di dunia ini. Dan ABI telah mewujudkannya di kabupaten Jepara.
“Saya ucapkan terima kasih. Mari kita bersama-sama mewujudkan kabupaten Jepara rukun, setelah setahun yang lalu, dideklarasikan sebagai “Kabupaten Kerukunan”. Dan itu pula sebagai wujud kita bersama-sama mengejawantahkan toleransi,” tegas Mashudi yang juga sebagai salah satu pengajar di perguruan tinggi Islam.
Masih menurut Mashudi, toleransi bukan sekedar hanya di mulut, toleransi bukan hanya di pikiran, namun harus tercermin dalam perilaku keseharian.
Pesan moral dari peringatan Arbain kali ini, bersama-sama warga muslimin, untuk bermuhasabah mensuritauladani ahlu bait yang telah meninggal. Yang dengan seluruh perjuangannya, bukan hanya harta, benda, tak kalah penting nyawa pun dikorbankan dalam rangka lii’laai kalimatillah.
“ABI, dengan nilai keindonesiaannnya, dengan nilai-nilai kemanusiannya, dengan nilai-nilai humanismenya, bersama MUI untuk mewujudkan bangsa masyarakat kita yang bermartabat,” tuturnya.
Selanjutnya, masalah dalam hal beda pendapat merupakan keniscayaan. Karena Indonesia merupakan bangsa yang beradat, bangsa yang tidak sendiri. Dan itu merupakan Sunnatullah. “Barang siapa yang melawan perbedaan, berarti melawan Sunnatullah, sebagaimana Allah firmankan di dalam Qur’an, Allah bisa saja menjadi kan satu ummat, tapi Allah tidak menghendaki,” terangnya.
Harapannya, pekerjaan rumah kaum muslimin Indonesia bukan lagi masalah furuiyyah, masalah kemunkaran yang selama ini ada di lingkungan, apalagi masalah perjudian yang marak. Masalah pornografi, pornoaksi, keterbelakangan pendidikan, kebodohan, itulah musuh bersama.
Masalah furuiyyah sudah selesai. Tugas berikutnya adalah bersama-sama menikmati kemerdekaan Indonesia ini agar menjadi bangsa yang bermartabat. Mas’uliyyah diniyyah menjadi tanggung jawab bersama, mas’uliyyah tsaqafiyyah menjadi tugas bersama, mas’uliyyah ijtima’iyyah menjadi tanggung jawab bersama, mas’uliyyah siyasiyyah dan kultral juga itu menjadi tanggung jawab bersama.
Itulah sebabnya, tegas Mashudi, atas nama Majelis Ulama Indonesia kabupaten jepara, ia mengajak semua umat Islam dimanapun berada, di Kabupaten Jepara, mari bersama-sama wujudkan bangsa ini bermartabat, berdasarkan Pancasila. (RA)