Natal itu Kelahiran Yesus, Boleh Ucapkan Selamat

Dr. KH. M. Arja Imroni
Dr. KH. M. Arja Imroni

[Semarang-elsaonline.com] Hampir setiap jelang peringatan Natal persoalan hukum umat  Islam mengucapkan selamat Natal bagi umat Kristen selalu mengemuka. Tak dipungkiri, bahwa ada cara pandang yang berbeda dalam melihat hal ini. Hal ini diurai oleh Dr. KH. Arja Imroni, staf pengajar di Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang.

Menurut Arja, makna natal sendiri bisa dipahami dari dua aspek, lafzdi dan urfi. Dipandang dari istilah lafdzi natal diartikan sebagai kelahiran Nabi Isa. Sebagaimana dalam islam ada istilah maulid nabi. Disini dijelaskan dalam ayat al-qur’an (Q.S:19:33) sendiri, “wasalaamun alayya yauma wulidtu wayauma amutu wa yauma ubatsu hayyaan” (Salam sejahtera untukku pada hari kelahiranku, wafatku, dan kebangkitanku). “Sedangkan yang kedua secara urfi yang secara spesifik merujuk bahwa pemahaman natal itu sebagai kelahiran Yesus,” tutur Arja Imroni saat ditemui elsaonline.com di kantornya, Senin (23/12).

Dalam segi bahasa makna daripada Natal tidak menjadi masalah jika dipahami sebagai peringatan kelahiran Yesus atau Nabi Isa. Namun, masalah mencuat ketika Natal dimaknai secara sempit dan menjadi makna khusus dalam agama Kristen. Umat Islam yang tidak memperbolehkan mengucapkan Natal beralasan bahwa ucapan itu sebagai pembenar dari keilahian Yesus. “Dari sinilah perdebatan dalam umat muslim terkait halal haram mengucapkan selamat Natal itu mengemuka,” lanjut Arja.

Lebih lanjut Arja mengungkapkan bahwa halal dan haramnya mengucapkan Natal sangat tergantung dari sisi mana kita memahami makna dari Natal itu sendiri. Ketika kita umat Islam memaknai Natal sebagai kelahiran Nabi Isa tentu saja tidak masalah, boleh-boleh saja. “Karena dalam Islam juga mengenal itu, seperti maulid nabi misalnya,” terang Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah itu. [elsa-ol/Cahyono]

Baca Juga  Dari Klenteng Hingga Gereja; Ucapkan Selamat Hari Santri
spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Bung Hatta dan Demokrasi Kita yang Masih Sama Saja

Oleh: Sidik Pramono Buku yang berjudul Demokrasi Kita ini merupakan...

Buka Bersama di Rumah Pendeta

Oleh: Muhamad Sidik Pramono Langit Salatiga Senin sore 18 Maret...

Tak Semua Peperangan Harus Dimenangkan: Tentang Pekerjaan, Perjalanan dan Pelajaran

Tulisan-tulisan yang ada di buku ini, merupakan catatan perjalanan...

Moearatoewa: Jemaat Kristen Jawa di Pesisir Tegal Utara

Sejauh kita melakukan pelacakan terhadap karya-karya tentang sejarah Kekristenan...

Bertumbuh di Barat Jawa: Riwayat Gereja Kristen Pasundan

Pertengahan abad ke-19, Kekristenan mulai dipeluk oleh masyarakat di...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini