Penting, Partisipasi Politik Warga NU

Abu Hapsin menyampaikan pengantar diskusi
Abu Hapsin menyampaikan pengantar diskusi
[Semarang –elsaonline.com] Demokrasi sebagai mandat UUD 1945 penting untuk dijaga cita-citanya dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Demokrasi tak lepas dari dari politik kekuasaan. Hal ini disampaikan oleh Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Abu Hapsin, PhD dalam diskusi “Sosialisasi Hasil Rakernas Pengurus Wilayah-Pengurus Cabang Muslimat Nahdlatul Ulama se-Jawa Tengah,” Sabtu (14/6) di Hotel Santika Semarang.

“Warga negara memang penting untuk ikut berpartisipasi dalam berpolitik, khususnya warga nahdliyin,” kata Abu. NU sebagai organisasi masyarakat yang memiliki paham keagamaan Ahlussunah Waljamaah (Aswaja) menekankan betul prinsip nasionalisme dan keberagamaan. “Aswaja yang selama ini menjadi ruh dan fondasi dari gerakan NU harus selalu dijaga. Aswaja yang selama ini dikembangkan tentu hampir mirip sebagaimana organisasi lain, tapi NU agak berbeda dengan organisasi lainnya,” papar staf pengajar IAIN Walisongo Semarang tersebut.

Mahasiswa lulusan program doktoral Mahidol University, Thailand ini juga menjelaskan bahwa, organisasi yang mengklaim Aswaja sekarang ini cukup banyak. Namun itu berbeda dengan Aswaja ala NU. Aswaja yang dikembangkan oleh NU mendapatkan apresiasi dari bangsa ini. “48% warga Indonesia menganut paham NU,”terang ayah tiga anak ini.

Dalam sejarah Indonesia, NU memiliki pengaruh besar dalam bembesarkan dan memerdekakan bangsa ini. NU juga diapresiasi dan diakui betul oleh tokoh ataupun pemimpin bangsa ini sendiri. Pengakuan atau apresiasi dari pemimpin bangsa seperti Soeharto, mantan presiden kedua Republik Indonesia. “Beliau hingga sempat menghadiri acara muskernas NU dan menyampaikan kekagumannya pada NU,” kata Abu.

Saat bicara Aswaja ala NU, Soeharto mengapresiasi betul bahwa adanya NU menjadikan negara stabil. Masih menurut Abu Hapsin, sumbangan terbesar NU terhadap bangsa ini terletak pada agamannya. Karena dengan Aswaja ala NU ini, kondisi negara Indonesia menjadi stabil. Ini berkat pengembangan dan pemahaman keagamaan. Pemahaman aswaja telah memberikan fondasi dalam mengembangkan agamisme dengan nasionalisme di mana ini harus paralel. Di sisi lain, paham yang berkembang masyarakat juga mendapat legitimasi dari NU untuk mencegah pemberontakan.

Baca Juga  Amnesty International Tuntut Pembebasan Prisoner of Conscience

“Ijtihad NU adalah untuk membuat umat Islam Indonesia merasa nyaman,” pungkasnya. [elsa-ol/Cahyono-@cahyonoanantato]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini