Preventif Terapi dan Preventif Nutrisi Kala Isolasi Mandiri

Oleh: Wahyu Indriawan

Mahasiswa Magister Hukum Kesehatan Unika Soegijapranata Semarang

Lonjakan kasus Covid-19 dalam kurun 3 minggu terakhir (sejak awal Juni 2021) sungguh membuat kita semua menarik napas panjang dan penuh dengan rasa was-was. Belum teratasinya varian Alpha, Beta dan Gamma, virus ini kembali bermutasi menjadi jenis varian baru, yakni Delta, Epsilon, Zeta, Eta, Theta, Lota, Kappa Lambda. Setidaknya ada 11 varian hasil mutasi dari coronavirus, Delta sebagai varian mutasi baru yang dengan penularan yang sangat masif, cepat dan melumpuhkan dalam sebulan terakhir ini di Indonesia.

Perkara angka kesakitan akibat entah itu virus, bakteri maupun musabab lainnya, sebenarnya merupakan sebuah fenomena yang biasa. Yang menjadi luar biasa adalah karena lonjakan yang terjadi sangat cepat dan masif hingga menyebabkan overloadnya daya tampung rumah sakit dan pelayanan kesehatan. Bahkan, membuat para dokter dan tim medis bekerja ekstra keras, sehingga kejadian ini sudah layak disematkan sebagai bencana.

Dari pelbagai pengalaman membantu kawan-kawan dan saudara yang terpapar Covid-19 didalam mencarikan tempat isolasi hingga rumah sakit rujukan bahkan hingga sampai lintas Kota/Kabupaten menuai jawaban yang selalu sama, “kapasitas kami sudah melebihi daya tampung, kalau belum memenuhi skala prioritas untuk rawat inap lebih baik dirawat dirumah saja”. Skala prioritas yang dimaksud bisa pasien dengan sesak napas, penyakit penyerta yang berpotensi memperparah.

Untung tak dapat diraih malangpun tidak dapat ditolak. Dalam situasi demikian, pertahanan terakhir adalah, rumah!

Melakukan pemulihan dengan perawatan mandiri merupakan pilihan yang bukan pilihan, orang sakit merawat orang sakit. Namun mau dikata apa. Uniknya virus corona membuat pasien tidak bisa didampingi oleh orang lain dalam jarak tertentu yang bukan tenaga medis tentunya dengan protokol yang ketat, kecuali sesama yang terpapar.

Apa yang bisa kita lakukan pada saat kita, keluarga, saudara, tetangga dan ada kawan yang terpapar disaat semua rumah sakit melebihi daya tampung kapasitasnya? Disaat ambulan dengan sirinenya hilir mudik tanpa henti 2, 3 hingga 9 kali dalam sehari? Dan disaat dokter, paramedis bekerja dengan sangat ekstranya?

Saya hendak apa yang bisa dilakukan sebagai sebuah upaya preventif dan pemulihan.

Preventif Terapi
Kita harus siapkan beberapa obat-obatan, multivitamin sampai suplemen pada saat melakukan isolasi mandiri.

Pertama, Oximeter (Pulse Oximeter). Ini adalah alat pengukur kadar oksigen dalam darah dan mencegah gangguan kesehatan yang dapat disebabkan oleh kurangnya oksigen di dalam tubuh. Alat yang penting untuk dimiliki karena kondisi kurangnya oksigen dalam tubuh umumnya tidak menimbulkan gejala. Tak hanya untuk Covid-19 pun beberapa penyakit seperti gagal napas, asma, pneumonia, penyakit paru, gagal jantung, anemia, asfiksia. Penyakit-penyakit ini mampu menurunkan kadar darah didalam oksigen. Usahakan untuk selalu mengecek secara rutin dengan angka saturasi oksigen tidak kurang dari 95%, apabila sudah dibawah 95% segera menghubungi rumah sakit terdekat.

Baca Juga  ELSA Perkuat Kerjasama dengan 12 Mitra

Kedua, Azithromyicin. Jenis yang diresepkan sebagai pengobatan rawat jalan yang digunakan untuk penanganan infeksi bakteri tertentu, seperti bronkitis, radang paru-paru, penyakit menular seksual, jenis infeksi telinga dan paru-paru. Efek manfaat yang diberikan berupa imunomodulasi atau menstimulasi sistem pertahanan tubuh, dapat digunakan untuk orang yang terinfeksi COVID-19. Dampak efek samping yang ditimbulkan seperti mual, muntah, sakit kepala. Tentu didalam dosis pemakaiannya minta arahan dan konsultasikan ke dokter.

Ketiga, Paracetamol. Obat ini mempunyai efek samping ketimbang Ibuprofen. Lebih disarankan mengkonsumsi paracetamol pada pasien Covid-19 dengan gejala ringan didalam meringankan gajala demam dan sakit kepala. Perhatikan instruksi label pemakaian didalam mengkonsumsinya dengan menyesuaikan dosis yang disarankan. Demam yang muncul mengindikasikan adanya infeksi atau radang sehingga dengan kondisi panas badan diturunkan dengan paracetamol.

Keempat, Vitamin C non acidic dan E. Sebagaimana fungsi dari vitamin dan mineral bukan berfungsi sebagai pengobatan, namun lebih sebagai substitute. Meski bukan sebagai pengobatan, namun kandungan vitamin C dan E bagus untuk menjaga daya tahan tubuh, membantu pembentukan kolagen dan mencegah infeksi. Kebutuhan tubuh akan vitamin C dalam satu hari sebesar 1000 mg per hari, yang mana konsumsi dalam jumlah banyak pun tidak berefek samping karena kelebihan asupan vitamin C akan terbuang sendiri melalui urin, keringat dan feses. Kalau asupan yang berlebih jadi terbuang, jadinya sayang kan? 500 mg per hari setiap 6-8 jam dikarenakan selain dari suplemen kebutuhan vitamin C tubuh didapatkan dari makanan yang kita asup.

Kelima, Zinc. Hampir mirip fungsinya dengan vitamin C, zinc mampu memerankan fungsinya dalam membantu mengatasi batuk dan pilek selain juga mempunyai kadar antioksidan yang tinggi untuk membantu mengurangi kerusakan sel.

Keenam, Vitamin D3. Defisiensi vitamin D3 pada orang Indonesia cukup tinggi, termasuk orang seperti saya yang jarang berolahraga dengan asupan makanan yang rendah gizi. Peran penting vitamin D3 dalam sistem imun mampu menurunkan kerentanan terpapar Covid-19. Sedangkan untuk dosis dalam sehari bisa disesuaikan dengan aturan pada label, 400 IU hingga 5000 IU.

Ketujuh, Domperidone. Merupakan obat sedari berfungsi meredakan sampai menghilangkan mual dan muntah. Beberapa kasus paparan Covid-19 menyebabkan mual dan muntah, domperidone bisa menjadi alternatif pilihan sehingga tubuh tidak banyak kehilangan cairan dikarenakan muntah yang bisa memperparah kondisi selama isolasi mandiri. Selalu perhatikan dosis pemakaian pada label, terutama pada ibu hamil yang terpapar dikarenakan domperidone membawa efek samping seperti ruam dan alergi.

Baca Juga  Pahlawan

Kedelapan, Oseltamivir. Sejatinya oseltamivir merupakan sejenis antivirus akibat infeksi dari virus influenza A atau B seperti batuk, hidung tersumbat, radang tenggorokan, meriang, hingga lemas. Pemakaian obat ini perlu dengan rekomendasi dari dokter dikarenakan sampai saat ini belum ada metode tes yang membedakan antara influenza dengan Covid-19. Belum direkomendasikan untuk profilaksis maupun terapi covid-19 namun pada pasien ringan terkonfirmasi dapat diberikan 5-7 hari.

Kesembilan, Tabung Oksigen. Tidak ada salahnya menyediakan tabung oksigen dirumah semasa isolasi mandiri, karena hampir semua jenis flu menyebabkan dan dibarengi dengan sesak napas apalagi pada orang yang mempunyai asma. Banyak dijual di took-toko online atau gerai.

Kesepuluh, Masker bedah. Selama masa isolasi mandiri meski belum muncul gejala, pastikan tetap menjalankan protokol keshatan selama dirumah, apalagi pada saat isolasi mandiri tidak semua dari anggota keluarga yang terpapar Covid-19. Idealnya minimal adalah masker bedah dan rangkap dua. Karena sudah terpapar, risiko atas diri orang yang terpapar sudah selesai, namun potensi menularkan kepada orang lain sangat tinggi. Artinya dalam kasus pandemi Covid-19 orang yang terpapar merupakan host sekaligus agent.

Preventif Nutrisi
Dalam masa isolasi mandiri selama terpapar Covid-19, kandungan nutrisi merupakan sebuah ikhtiar yang terbaik memperkuat benteng dalam mencegah keparahan hingga proses pemulihan.

Pertama, Bed Rest Total. Berikan kesempatan antibody untuk melawan virus, cara satu-satunya hanyalah istirahat total, bahkan bed rest total bisa membutuhkan waktu sampai 7 hari jika dibutuhkan.

Kedua, Vitamin dan Mineral. Selain didapatkan dari suplemen, kebutuhan akan vitamin dan mineral juga bisa didapatkan dari makanan yang diasup yang dengan kandungan vitamin dan mineral tinggi. Untuk mendapatkan kadar kandungan yang lebih tinggi, perhatikan cara pengolahan dan memasaknya. Hindarkan memotong utamakan mencuci dengan air yang mengalir baru memotongnya, selain itu perhatikan suhu dalam memasaknya jangan terlalu tinggi, karena vitamin dan mineral mudah rusak dalam suhu yang tinggi. Usahakan 30-40 derajat dibawah titik didih air.

Ketiga, Asup Makanan Beragam. Supaya terpenuhi berbagai nutrisi yang penting, makanlah berbagai jenis makanan yang beragam dan berbeda pada saat melakukan isolasi mandiri. Utamakan dengan memilih makanan seperti biji-bijian (gandum, jagung, dan nasi), kacang-kacangan, buah dan sayuran, serta beberapa makanan dari sumber hewani, seperti daging, ikan, telur dan susu.

Keempat, Perbanyak Asupan Sayuran. Sayuran yang kaya akan serat dapat membantu menjaga kekebalan tubuh, asup sayuran yang berhijau daun, kuning, merah, ungu, oranye dan putih seperti terong, taoge, daun singkong, labu dlsb. Beranikan dengan mengasup 2-3 kali lipat dari porsi biasanya atau porsi harian karena sayur juga menjaga kondisi tubuh tetap basa.

Baca Juga  Sehat, Sakit dan Kinerja “Pengetahuan Lokal”

Kelima, Perbanyak Asupan Buah. Buah berwarna merah, kuning, ungu, oranye, biru seperti jeruk, pisang, alpukat, nanas, apel, papaya, manggis sangat bagus diasup pada saat melakukan isolasi mandiri. Selain makanan segar pun cukup rendah getah, dengan mengasup buah mendorong menciptakan tubuh tetap dalam kondisi basa.

Keenam, Perbanyak Asupan Ikan. Dikarenakan dalam ikan terdiri dari asam-asam amino esensial yang tidak rusak pada waktu pemasakan dengan kandungan lemak yang mudah dicerna, omega-3, omega-6 dan bahkan omega-9 yang bagus untuk masa pemulihan sebagai fungsi menggantikan sel-sel yang rusak.

Ketujuh, Batasi Asupan Garam. Karena berdampak menimbulkan penyakit degenerative, penyakit penyerta yang menimbulkan komplikasi parah hingga kematian pada pasien dengan Covid-19, karena akan berdampak pada penurunan daya tahan tubuh secara cepat.

Kedelapan, Batasi Asupan Gula. Gula selain berpotensi memunculkan peradangan dengan pemakain yang tidak dibatasi apalagi dengan potensi diabetes akan menghambat sistem imun tubuh yang tidak mampu bekerja dengan baik dalam melawan penyakit dan infeksi, kerentanan dan komplikasi fatal pada saat terpapar Covid-19.

Kesembilan, Batasi Asupan Lemak. Karena berdampak menimbulkan penyakit degenerative, penyakit penyerta yang menimbulkan komplikasi parah hingga kematian pada pasien dengan Covid-19, karena akan berdampak pada penurunan daya tahan tubuh secara cepat.

Kesepuluh, Air Putih Hangat sebanyak-banyaknya. Air putih sendiri mempunyai fungsi antara lain untuk mengangkut nutrisi dan senyawa dalam darah, mengatur suhu tubuh, membuang limbah dan melumasi serta menyangga sendi-sendi yang ada didalam tubuh.

Kesebelas, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Rutin dan sering mencuci tangan dengan menggunakan sabun, hentikan pemakaian hand sanitizer pada saat dirumah pergunakan saja pada saat dijalan. Pada saat dirumah pilihlah mencuci tangan dan sering dengan menggunakan sabun, selain rendah risiko iritasi dengan menggunakan air yang mengalir/kran minimal 45-60 detik.

Keduabelas, Komunikasi Intensif. Sebagai upaya selanjutnya setelah penegakan diagnosa, hal yang tidak kalah penting lain upayakan secara rutin berkontak secara virtual dengan keluarga dan handai taulan. Kenapa? Upaya menjaga emosi positif secara tidak langsung akan mampu menjaga imun pun apa yang bisa orang lain lakukan untuk membantu. At least but is important, berkabar kepada Ketua RT, tetangga dan Fasyankes terdekat untuk ikut memantau, membantu sekaligus memutuskan mata rantai penularan.

***

Artikel diatas mengacu pada sumber-sumber bacaan seperti: The Lancet, WHO, FDA, CDC, Panduan Gizi Seimbang masa Covid-19 dan lain sebagainya. Serta hasil dari diskusi bersama Paramedis, Dokter, Farmasi, Public Health dan Nutritionist.

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini