Menurut tuntunan Sapto Darmo Sitanggal, Rakyo (56), menuturkan, dalam menjalankan sujud perlu sikap sempurna agar dapat menikmati asas manfaatnya. Sebab, lanjut dia, apabila hal-hal tersebut belum bisa dilaksanakan, maka ia belum dapat melakukan hening. “Karenanya, mempelajari dan melakukan sujud bukanlah hal yang mudah,” ungkap pria kelahiran 21 September 1958 ini.
Rakyo memaparkan, dalam kerokhanian Sapto Darmo terdapat tiga cara sembahyang, yaitu sujud, wewarah tujuh dan sesanti. Menurutnya, sujud yakni duduk bersila dan bersedekap menghadap arah timur. Kemudian mengucapkan Allah Hyang Maha Agung, Allah Yang Maha Rokhim, Allah Yang Maha Adil. “Selanjutnya warga Sapta Darma akan membungkukkan badan tiga kali. Sujud dilakukan minimal sehari sekali,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, warga Sapta Darma juga diwajibkan melakukan tujuh hal kebaikan. Tujuh hal itu, jelas Rakyo, antara lain setia kepada Allah Hyang, mematuhi aturan-aturan negara, turut membela negara, tolong menolong, percaya kepada diri sendiri, memperhatikan kesusilaan dan yakin dunia itu tidak abadi. “Tentu saja, semuanya ini mengenai hal kebaikan yang harus dilaksanakan oleh warga Sapta Darma ini. Jadi, hal itu sama dengan ajaran agama lain yang juga mengajarkan kebaikan,” terangnya.
Meskipun demikian, ia mengakui bahwa warga Sapta Darma juga memiliki tempat ibadah sama halnya dengan pemeluk agama lainnya. Ia mengungkapkan, warga Sapta Darma biasanya mengunjungi tempat ibadahnya bernama Sanggar. “Tempat ibadahnya berupa Sanggar. Bentuknya ada dua macam sanggar yaitu Sanggar Candi Sapto Renggono dan Sanggar Candi Busono,” tandasnya.
Lebih jauh dia menambahkan, masuk kerokhanian Sapto Darmo berarti mencari jalan untuk mencapai keutamaan dan keluhuran budi pekerti. Ia menyatakan, jadi bukan sebaliknya tempat untuk mencari harta benda dan kekayaan materiil. “Karenanya yang bisa diperoleh adalah kebahagiaan. Sebab, dalam Sapta Darmo akan mendapatkan ketentraman, ketenangan dan kesabaran,” pungkasnya. [elsa-ol/Munif-@MunifBams]