Taslim Syahlan : Berjejaring Kunci Penguatan Keharmonisan dan Kerukunan Umat Beragama

Semarang, elsaonline.com-Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) bekerjasama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah menyelenggarakan diskusi dengan tema “Penguatan Peran Tokoh Agama Dalam Memperkokoh Kerukunan Umat Beragama di Jawa Tengah,” Rabu, 12/08/2020.

Diskusi yang bertempat di Aula Cendrawasih Gedung Kesbangpol ini dihadiri oleh Peserta terdiri yang terdiri dari berbagai elemen tokoh agama, penghayat kepercayaan, lembaga sosial dan organisasi keagamaan di Jawa Tengah.

Salah satu narasumber sekaligus ketua FKUB Jawa Tengah, Taslim Syahlan, mengungkapkan bahwa kunci sukses kinerja FKUB adalah strategi berbasis jejaring. “Penguatan tokoh umat beragama ini berbasis jejaring saya kira ini sesuatu yang mendesak, karena kita tidak bisa jalan sendiri-sendiri makanya ini saya sebut sebagai ijtihad organisasi,” paparnya.

Strategi berjejaring yang digunakan yaitu toleransi, saling menghormati, menghormati dan menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agama dan kepercayaan orang lain.

Menurut Taslim, FKUB jangan merasa penting sendiri dan paling di depan sendiri, sebenarnya harus dapat mengkondisikan supaya teman-teman ini semua menjadi penting. Menjadi faktor penting untuk mewujudkan kerukunan umat beragama. “Jadi ada FKUB, ada ELSA, Pelita, JAI, LDII, Ahlu Bait, Tokoh-tohoh agama, NU, Muhammadiyah, Penghayat Kepercayaan dan lainnya ini, jadi keren kalau kita bisa mengkonsolidasikan potensi-potensi umat dan energi bangsa ini menjadi satu kesatuan,” imbuhnya.

Dengan adanya jejaring ini banyak manfaat yang dirasakan, sekaligus upaya untuk memantau kerukunan umat, memantau potensi konflik, memperkuat kedudukan dan moderasi dalam menyapa umat.

Disinggung mengenai kejadian pengroyokan yang ada di Kota Solo baru-baru ini, FKUB bersama stakeholder sudah menentukan sikap dan mengencam adanya tindakan tersebut. “FKUB bergerak cepat difasilitasi oleh Kemenag, kita adakan pertemuan untuk menyamakan suara dan merepon apa yang terjadi di Solo dan tindaklajuti dengan teman-teman semua untuk memastikan bahwa posisi kita jelas,” terangnya.

Baca Juga  Sebanyak 35 Persen Pegawai Negeri Mendukung Gerakan Radikal

Adanya pandemi yang sedang melanda Indonesia ini tidak menyulutkan FKUB Jawa Tengah dalam menyuarakan toleransi dan keberagaman. Kalau Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mempunyai kinerja “Jogo Tonggo”. Dengan pengalaman empirik, menurut Taslim, kami berjejaring, jadi ini tidak hanya teori tapi sudah terlaksana, itu artinya kami bisa berbuat sesuatu di dalam masa covid ini. Jadi tidak ada istilah kehilangan momentum.

“Kalau provinsi mempunyai kebijakan jogo tonggo ternyata tidak terasa kita juga melakukan hal yang sama. Dengan kemandirian potensi tadi atas cerita dari teman-teman JAI, LDII, Sapta Dharma dan lain-lain yang melakukan kegiatan sosial saling membantu di musim pandemi ini. Itu menunjukkan bahwa potensi-potensi tereksplor dengan sendirinya. Ada sisi kompatibel yang bisa ketemu, jadi mungkin pola tidak jadi sama, tapi sumber yang bersifat material maupun non material ini sumbernya berbeda, kalau jogo tonggo ini sudah dianggarkan oleh negara. Tapi teman-teman yang berjejaring di FKUB ini ternyata ko muncul,” paparnya.

Menyikapi adanya pandemi dan pemeluk agama tetap ingin beribadah, FKUB melakukan Komuni kebersamaan, presisi rumah ibadah mengikuti protokol kesehatan. “Karena otoritasnya di pemerintah, maka kami mengikuti pemerintah dalam penyelenggaran ibadah di rumah ibadah, kita pastikan tunduk pada pemerintah” jelasnya.

Tidak hanya di konteks pandemi ini, tapi dalam konteks merawat kerukunan dan harmonisasi serta bersama-sama untuk melawan pola-pola intoleransi. “Dengan adanya pengalaman ini, maka hari ini kita kuatkan apakah jejaring ini kemudian kita simpulkan menjadi jejaring efektif, kalau memang efektif ke depan kita kuatkan lagi,” harapannya.

Pola ini, menurut Taslim, sekaligus dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang ini, harapannya juga bisa diikuti oleh ketua dan pengurus FKUB Se-Jawa Tengah, meskipun komunikasi melalui daring, begitu pentingnya kita membangun jejaring. FKUB jangan jalan sendiri. Media, elemen masyarakat, LSM, organisasi, komunitas, tolong FKUB jangan merasa berjalan sendiri. “Sinergi vertikal dengan pemerintah, sinergi horizontal juga harus diperkuat,” pungkasnya. (@Ridhallah_Alaik)

Baca Juga  RUU PPK Tak Akomodir Pendidikan Kepercayaan
spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Buka Bersama di Rumah Pendeta

Oleh: Muhamad Sidik Pramono Langit Salatiga Senin sore 18 Maret...

Tak Semua Peperangan Harus Dimenangkan: Tentang Pekerjaan, Perjalanan dan Pelajaran

Tulisan-tulisan yang ada di buku ini, merupakan catatan perjalanan...

Moearatoewa: Jemaat Kristen Jawa di Pesisir Tegal Utara

Sejauh kita melakukan pelacakan terhadap karya-karya tentang sejarah Kekristenan...

Bertumbuh di Barat Jawa: Riwayat Gereja Kristen Pasundan

Pertengahan abad ke-19, Kekristenan mulai dipeluk oleh masyarakat di...

Pengaruh Lingkungan Pada Anak Kembar yang Dibesarkan Terpisah

Anak kembar adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini