Sedulur Sikep Gelar Sarasehan “Kumpule Balung Pisah”

Budi Santoso (tengah) mendedah sejarah perkembangan Sedulur Sikep di Kudus dalam sarasehan Sedulur Sikep di Blora, Minggu (31/5). [Foto: Salam]
Budi Santoso (tengah) mendedah sejarah perkembangan Sedulur Sikep di Kudus dalam sarasehan Sedulur Sikep di Blora, Minggu (31/5). [Foto: Salam]
[Blora –elsaonline.com] Sebanyak 42 orang warga Sedulur Sikep dari Kudus dan Blora hadir dalam sarasehan bertajuk “Kumpul Balung Pisah,” minggu (31/5). Acara yang diselenggarakan di sasana Sedulur Sikep Dusun Karangpace, Desa Klopoduwur Blora itu diinisiasi oleh peneliti Samin, Anis Sholeh Baasyin, warga Sedulur Sikep Kudus, Budi Santoso dan beberapa tokoh Sedulur Sikep lainnya.

Budi Santoso menjelaskan kalau kegiatan itu sangat penting bagi warga Sedulur Sikep dimanapun karena sekarang ini, warga Sedulur Sikep tersebar di mana-mana. “Setidaknya sekarang, warga Samin atau Sikep ada di Pati, Blora, Kudus dan Bojonegoro Jawa Timur. Beda dengan dahulu, sekarang tak ada sesuatu yang mengikat kita sebagai warga Sikep. Kalau dulu, Mbah Surokidin mengatakan A, semua warga Samin dimanapun mengikutinya. Sekarang, kita tersebar dan semuanya berjalan menurut kehendaknya masing-masing,” kata Budi.

Juru bicara Sedulur Sikep Blora, Dwi Handoko Winarno menyampaikan terima kasih kepada Anis yang telah menginisiasi acara ini. “Kita patut berterima kasih kepada Pak Anis yang telah berinisiatif untuk membuat acara ini. Meski beliau (Anis, red) bukan Samin, tapi ia juga manusia. Sama seperti kita semua,” ungkap Win, sapaan akrabnya.

Anis Sholeh sendiri membuka acara tersebut dengan menyampaikan alasan mengumpulkan Sedulur Sikep dari berbagai wilayah, utamanya di Jawa Tengah. “Saya rasan-rasan dengan Mas Budi, Pak Win dan yang lain-lain sebulan lalu untuk kemudian membuat kegiatan ini. Mengumpulkan semua semua sedulur-sedulur sikep yang ada hubungannya dengan Mbah Samin,” Anis membuka uraian.

Setelah kemerdekaan, tambah Anis, Sedulur Sikep yang ada di Kudus, Pati, Blora tidak saling berhubungan. Akhirnya mereka berkembang sendiri-sendiri, satu dan lainnya tidak saling mengetahui. Lama kelamaan mereka yang tidak saling menyapa itu berjalan sesuai dengan orientasi kelompoknya masing-masing.

Baca Juga  Menjaga Idealisme dengan Konsisten dan Persisten: Dari Rakernas Jaringan Gusdurian

Budi Santoso berharap bahwa apa yang dilakukan oleh warga Sedulur Sikep siang itu bisa menjadi awal untuk saling bertukar informasi. “Mungkin kebutuhan dan tantangan di masing-masing wilayah berbeda-beda. Misalnya di Kudus masalah yang dihadapi berbeda dengan Sedulur Sikep di tempat lain. Namun, tujuan kita di awal adalah untuk saling mengenal terlebih dahulu, sebagai sesama penerus ajaran Mbah Samin Surosentiko,” tutur ayah tiga puteri tersebut.

Acara sarasehan sendiri diisi oleh pengenalan sejarah perkembangan Sedulur Sikep di Kudus oleh Budi dan aktivitas Sikep di Blora oleh Mbah Lasiyo. [elsa-ol/TKh-@tedikholiludin/001]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Pasar Tradisional dan Masjid Emas sebagai Penanda Kawasan Muslim Quiapo, Manila Filipina

Oleh: Tedi Kholiludin Quiapo adalah sebuah distrik yang berada merupakan...

Beristirahat Sejenak di Kapernaum: Renungan Yohanes 2:12

Oleh: Tedi Kholiludin “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama...

Dua Peneliti ELSA Presentasikan Hasil Risetnya di Pertemuan Jaringan Penelitian HIV Indonesia

Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV-Ina) menggelar pertemuan jaringan...

Liquid Identity: Saat Identitas menjadi Sebuah Entitas Muas

Oleh: Muhamad Sidik Pramono (Mahasiswa Magister Sosiologi Agama Universitas...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini