(Semarang, elsaonline) Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) menilai bahwa ledakan bom buku di Utan Kayu merupakan teror yang mengancam gerakan pluralisme. Pasalnya, target utamanya adalah Ulil Abshar Abdalla, tokoh yang selama ini paling nyaring memperjuangkan kesetaraan, kebebasan dan keragaman.
“Untungnya, Ulil selamat dari tragedi itu. Tapi sayang, empat orang menjadi korban. Bahkan, Kompol Dodi Rahmawan tangannya terputus. Terlepas dari menyalahi prosedur penjinakan bom teror atau tidak, kami menyampaikan simpati dan duka yang mendalam untuk Kompol Dodi serta korban tragedi ledakan bom Utan Kayu lain,” kata Direktur eLSA Semarang, Tedi Kholiludin, Rabu (16/3).
Pihaknya meminta pemerintah untuk bertindak cepat menangkap pembuat bom tersebut sekaligus mengadilinya. Dikatakan, teror kepada Ulil Abshar sesungguhnya merupakan sinyalemen bagi seluruh elemen pro-pluralisme untuk terus mengkonsolidasikan diri.
Ulil adalah salah satu ikon perjuangan kelompok anti-ekstrimisme dan gerakan radikal. Jadi, menurut Tedi, teror terhadapnya adalah ancaman sekaligus “tsunami” bagi kelompok pro-perdamaian. “Peristiwa ini harus menjadi pembelajaran bagi pemerintah untuk lebih hati-hati terhadap gerakan teror bawah tanah. Selain itu, menandakan bahwa gerakan teror makin aktif, bahkan merambah lebih luas kepada kelompok pluralis,” ungkapnya.
Sumber: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/03/16/80405/Bom-Buku-Jadi-Teror-Gerakan-Pluralisme
( Hadziq Jauhary / CN14 / JBSM )