Melalui aksi massa dalam menolak Sapto Dharmo itu tokoh agama Islam Kecamatan Larangan banyak mendapatkan informasi tentang nama-nama penganut Sapto Dharmo dan pemimpinnya di Kecamatan Larangan.
Rakyo (56), Ketua Sapto Dharmo Kecamatan Larangan, tidak luput dari sasaran massa itu. Sanggar milik Sapto Dharmo yang menyatu dengan rumahnya didatangi banyak orang yang diprovokatori oleh tokoh agama Islam daerah setempat. Mereka menuntut supaya Sapto Dharmo di Kecamatan Larangan dibubarkan. “Tuduhan sesat pertama dituduhkan ke Sapto Dharmo Desa Kalenpanden. Orang ditanya siapa ketuanya, mereka menjawab Rakyo. Kemudian malam Jumat Wage bertepatan dengan waktu sujudan banyak umat Islam datang kesini. Camat, Kapolsek, dan Koramil juga datang ke sini sampai tiga kali,” papar Rakyo di kediamannya, RT 003 RW 001 Desa Sitanggal Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. (29/05/14)
Menurut pria kelahiran 21 September 1958 itu, kedatangan warga ke sanggar Sapto Dharmo bukan secara jebetulan tapi sudah ada persiapan sebelumnya. “Mereka sudah persiapan, yang memprovokatori ya kyai-kyai sini,” ungkapnya.
Sementara itu jajaran pemerintah tingkat Kecamatan Larangan seperti Camat, Kapolsek, dan pegawai Kantor Urusan Agama (KUA), juga meminta Rakyo untuk menghentikan kegiatannya. “Maafe mawon Pak Rakyo, sanjange tiang-tiang njenengan nganut aliran sesat, dadi kulo mriki. Pun seniki mandeg mawon (Mohon maaf Pak Rakyo, kata orang-orang anda menganut aliran sesat, jadi saya kesini. Sudah sekarang berhenti saja),” tutur Rakyo menirukan ungkapan pegawai Kecamatan Larangan kepadanya.
Menanggapi permintaan pegawai kecamatan itu Rakyo menjawab bahwa ajaran Sapto Dharmo tidak sesat. Di samping itu Rakyo juga memperlihatkan semua buku-buku yang memuat ajaran Sapto Dharmo dan menjelaskannya secara rinci. “Soal sesat atau tidak, masuk sorga atau tidak, itu urusan Pangeran. Jangankan aku dan sampeyan, Gus Dur saja belum karuan masuk ke sorga,” ungkap Rakyo kepada pegawai kecamatan sembari menyodorkan buku-buku Sapto Dharmo.
Setelah penggrebegan Sanggar yang terletak di Desa Sitanggal Kecamatan Larangan penganut Sapto Dharmo di Desa tersebut banyak yang pindah ke agama lamanya, yakni Islam. Pada 2012 penganut Sapto Dharmo di Desa tersebut sebanyak 63 orang, tapi kini berdasarkan data warga Sapto Dharmo yang aktif hanya berjumlah 5 orang, yaitu Wahidi, Darto, Agus, Tohirin, dan Rakyo sendiri. Penyebabnya adalah banyak orang yang memprovokatori bahwa ajaran Sapto Dharmo sesat. [elsa-ol/KA-@khoirulanwar_88]