Hal itu disampaikan oleh Ibu Sinta Nuriyah, istri Gus Dur, dalam acara Selamatan Ulang Tahun Gus Mus ke-70 di Balairung IKIP PGRI Semarang, Sabtu (06/09).
Ada banyak tokoh dengan beragam latar belakang mulai dari agamawan, pejabat, politisi, seniman, budayawan, dan pengusaha yang ikut serta memberikan testimoni dalam acara ini. Ulil Abshar Abdalla, menantu Gus Mus, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Gus Mus orang yang sangat sederhana. Karena sifat kesederhanaan yang dimiliki Kyai yang kini menjadi Rais ‘Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu, Ulil merasakan bahwa selama menjadi menantunya ketika di rumah Gus Mus terlihat sebagai orang biasa. Ulil merasakan Gus Mus sebagai tokoh yang digandrungi masyarakat ketika di luar rumah. “Ketika di rumah saya merasa Gus Mus bukan orang spesial, tapi ketika di luar rumah seperti ini saya merasa Gus Mus orang yang luar biasa. Bagi saya Gus Mus mertua yang the best mertua,” katanya.
Sementara itu Sudjiwo Tedjo, seniman yang mendeklarasikan dirinya sebagai Presiden Jancukers, memiliki kesan terhadap Gus Mus sebagai pribadi yang memiliki sifat rendah hati. Banyak orang rajin beribadah, pergi ke Masjid, ke Gereja, ke Vihara dan yang lainnya, namun dirinya merasa lebih baik ketimbang yang tidak beribadah. Bagi Tedjo, hal ini tidak terjadi pada diri Gus Mus. “Gus Mus itu sembahyang tapi tidak pernah merasa dirinya lebih baik dari yang tidak sembahyang,” paparnya.
Di penghujung acara, Gus Mus menyampaikan pesan kepada semuanya supaya tetap menjadi warga Negara Indonesia yang baik. “Saya mencintai anda-anda sekalian, tetaplah menjadi warga Indonesia yang baik, warga muslim yang baik, warga Nashrani yang baik, warga Budha yang baik, politisi yang baik, pejabat yang baik, orang biasa yang baik. Saya akan menyebut kalian dalam doa-doa saya,” tuturnya sembari menahan deras air mata, terharu.
Di tengah-tengah sambutan Gus Mus yang mengharukan itu, Sudjiwo Tedjo dengan suara lantang meminta kepada Gus Mus supaya membaca puisi. Sembari diselingi humor-humor cerdas Gus Mus memenuhi permintaan itu. Gus Mus membacakan puisi yang sangat disukai sahabat terkaribnya, Gus Dur, yang berjudul Keluhan. “Tuhan, Tuhan, kami sangat sibuk,” tutup Gus Mus dalam sambutannya. [elsa-ol/KA-@khoirulanwar_88]