Gus Mus, Kyai Sederhana dan Rendah Hati

KH. Musthofa Bisri dalam sebuah acara PWNU Jawa Tengah
KH. Musthofa Bisri dalam sebuah acara PWNU Jawa Tengah
[Semarang –elsaonline.com] Sejak muda Gus Mus adalah sahabat terkarib Gus Dur. Makanya Gus Mus tahu kalau Gus Dur tidak punya dompet, karena memang Gus Dur tidak punya duit. Seminggu sebelum Gus Dur wafat yang terakhir dikunjungi adalah Gus Mus. Kepada Gus Mus, Gus Dur berpesan supaya Gus Mus selalu menjaga Nahdlatul Ulama (NU). Maka Gus Mus harus mau tetap istiqomah menjaga NU sebagaimana dipesankan Gus Dur.

Hal itu disampaikan oleh Ibu Sinta Nuriyah, istri Gus Dur, dalam acara Selamatan Ulang Tahun Gus Mus ke-70 di Balairung IKIP PGRI Semarang, Sabtu (06/09).

Ada banyak tokoh dengan beragam latar belakang mulai dari agamawan, pejabat, politisi, seniman, budayawan, dan pengusaha yang ikut serta memberikan testimoni dalam acara ini. Ulil Abshar Abdalla, menantu Gus Mus, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Gus Mus orang yang sangat sederhana. Karena sifat kesederhanaan yang dimiliki Kyai yang kini menjadi Rais ‘Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu, Ulil merasakan bahwa selama menjadi menantunya ketika di rumah Gus Mus terlihat sebagai orang biasa. Ulil merasakan Gus Mus sebagai tokoh yang digandrungi masyarakat ketika di luar rumah. “Ketika di rumah saya merasa Gus Mus bukan orang spesial, tapi ketika di luar rumah seperti ini saya merasa Gus Mus orang yang luar biasa. Bagi saya Gus Mus mertua yang the best mertua,” katanya.

Sementara itu Sudjiwo Tedjo, seniman yang mendeklarasikan dirinya sebagai Presiden Jancukers, memiliki kesan terhadap Gus Mus sebagai pribadi yang memiliki sifat rendah hati. Banyak orang rajin beribadah, pergi ke Masjid, ke Gereja, ke Vihara dan yang lainnya, namun dirinya merasa lebih baik ketimbang yang tidak beribadah. Bagi Tedjo, hal ini tidak terjadi pada diri Gus Mus. “Gus Mus itu sembahyang tapi tidak pernah merasa dirinya lebih baik dari yang tidak sembahyang,” paparnya.

Baca Juga  Pengajian Perdana Ushul Fiqih

Di penghujung acara, Gus Mus menyampaikan pesan kepada semuanya supaya tetap menjadi warga Negara Indonesia yang baik. “Saya mencintai anda-anda sekalian, tetaplah menjadi warga Indonesia yang baik, warga muslim yang baik, warga Nashrani yang baik, warga Budha yang baik, politisi yang baik, pejabat yang baik, orang biasa yang baik. Saya akan menyebut kalian dalam doa-doa saya,” tuturnya sembari menahan deras air mata, terharu.

Di tengah-tengah sambutan Gus Mus yang mengharukan itu, Sudjiwo Tedjo dengan suara lantang meminta kepada Gus Mus supaya membaca puisi. Sembari diselingi humor-humor cerdas Gus Mus memenuhi permintaan itu. Gus Mus membacakan puisi yang sangat disukai sahabat terkaribnya, Gus Dur, yang berjudul Keluhan. “Tuhan, Tuhan, kami sangat sibuk,” tutup Gus Mus dalam sambutannya. [elsa-ol/KA-@khoirulanwar_88]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Pasar Tradisional dan Masjid Emas sebagai Penanda Kawasan Muslim Quiapo, Manila Filipina

Oleh: Tedi Kholiludin Quiapo adalah sebuah distrik yang berada merupakan...

Beristirahat Sejenak di Kapernaum: Renungan Yohanes 2:12

Oleh: Tedi Kholiludin “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama...

Dua Peneliti ELSA Presentasikan Hasil Risetnya di Pertemuan Jaringan Penelitian HIV Indonesia

Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV-Ina) menggelar pertemuan jaringan...

Liquid Identity: Saat Identitas menjadi Sebuah Entitas Muas

Oleh: Muhamad Sidik Pramono (Mahasiswa Magister Sosiologi Agama Universitas...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini