Jokowi Presiden, Pluralisme Akan Menguat

[Semarang –elsaonline.com] Pengamat Komunikasi Politik Universitas Diponegoro Semarang, Triyono Lukmantoro mengandai-andai terkait masa depan pluralisme di Indonesia pasca Pemilihan Presiden 9 Juli ini.

Menurut TL, sapaan akrab Triyono Lukmantoro, ada sikap yang berbeda ketika salah satu calon pemimpin bangsa nantinya memimpin bangsa Indonesia. Dia menilai kepemimpinan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK sangat berbeda, karena sokongan dari partai pendukungnya.

“Saya coba mengandaikan kalau Prabowo itu menang, kelompok ekslusif itu akan menang. Hal itu didukung oleh sikap partai pendukung dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan ideologi dari partai Gerindra itu sendiri,” kata TL saat diskusi “Masa Depan Pluralisme pasca Pilpres” di aula Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang, Jum’at (11/7/2014) malam.

Sikap konservatisme ketika dipimpin Prabowo diprediksi akan semakin meningkat. Prabowo akan mendukung sikap konservatif karena dalam manifesto Gerindra ada konsep “pemurnian agama”.

Sementara sikap pluralisme, ujar TL, akan selalu ditentang. Selain itu, TL juga khawatir soal eksistensi kelompok minoritas di negeri ini ketika Prabowo memimpin negeri ini.

Dia pun memastikan jika hal itu terjadi, maka kelompok minoritas akan terpingirkan. Ketika soal kelompok minoritas itu sudah banyak masalah, tentu masalah pendirian tempat ibadah serta hubungan antar agama ke depan akan terasa lebih sulit.

“Yang bisa dipastikan bahwa partai pendukung Prabowo itu anti pluralisme. PKS itu hanya pura-pura ikut tahlil dan ikut Misa. Sementara nasionalisme Gerindra hanya kelihatan dalam bungkusnya, di dalamnya hijau,” tambahnya.

Bagaimana kalau Jokowi jadi Presiden, bagaimana masa depan pluralisme? TL mengaku yakin dan mengandaikan pluralisme akan jauh lebih baik. Hal itu didukung oleh sikap partai nasionalis sejati ditambah dengan partai Islam yang pro terhadap pluralisme.

Baca Juga  Sopir Mobil FPI Penyerudug Warga Dituntut 3 Tahun

“Saya yakin kalau misalnya Jokowi jadi presiden, meski unggul dalam sejumlah survei, nasionalisme itu akan menguat, sikap inklusif akan berperan besar dan tentu pluralisme akan meningkat. Buktinya, hasil Pilpres di Syiah, pemilih Jokowi dua kali lipat dari Prabowo,” pungkasnya. [elsa-ol/nurdin-@nazaristik]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dompet di atas Meja: Status Kesehatan dan Konfidensialitas dalam Ruang Sosial Kita

Oleh: Tedi Kholiludin Saya terbiasa meletakkan dompet di rumah pada...

Gelap itu Nyata, Bangkit itu Janji: Antara Iman dan Harapan

Oleh: Tedi Kholiludin Saat dalam perjalanan mudik untuk berlebaran bersama...

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini