[Kudus –elsaonline.com] Polemik ikhwal pembuatan makam baru di Desa Kutuk, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, tampaknya mengusik pula hati kepala desa setempat. Menurut Kepala Desa Kutuk, Supardiyono, mengatakan bahwa pada tahun 2015 ini Desa Kutuk akan menyediakan makam umum untuk semua agama.
“Tentu kami merespon bagi muslim dan umat Buddha yang ingin memiliki makam baru secara bersama. Ya, karena makam umum yang lama (muslim, Buddha, dan Samin-red) telah padat penghuni,” ujara dia kepada elsaonline.com, Senin (2/3).
Sedikit informasi, di Desa Klutuk, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, belum lama ada persoalan. Pasalnya, pemakaman umum yang puluhan tahun padat dan selalu berdampingan antara muslim dan Budhis sekarang mendapat pertentangan sebagian tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. Selain itu, lahan pemakaman tersebut berada di pinggir sungai dan rentan terkena gerusan air. Sehingga, oleh warga direncanakan membuka makam baru hasil swadaya masyarakat.
Supardiyono menjelaskan bahwa pihak desa akan menyediakan makam umum dari sawah lahan milik desa (bengkok). Pasca panen bulan ini, kata dia, sawah bengkok seluas 1800 meter persegi tersebut akan dikeringkan dulu. “Jaraknya tidak lebih dari 200 meter dengan tanah yang dibeli oleh warga muslim. Kira-kira 5 ribu meter persegi. Untuk makam khusus muslim ini dengan anggaran dari swadaya muslim sebesar Rp 700 juta,” terangnya.
Selain itu, dia menyampaikan bahwa upaya tokoh muslim Kutuk membuat makam atas swadaya muslim sendiri, menurutnya, karena adanya pemahaman dalam Islam makam muslim tidak boleh disatukan dengan nonmuslim.
Dia menuturkan, sebelum rencana makam baru khusus muslim, pemerintah desa telah berencana membeli lahan milik warga yang berada di samping makam umum yang kini masih difungsikan. “Tetapi, harga tanah terlalu tinggi. Sehingga pemerintah desa tak berniat membelinya,” beber dia.
Terpisah, Ketua Komunitas Lintas Agama dan Keyakinan Pantura ((Tali Akrap) Moh Rosyid, menilai bahwa idealnya sosialisasi pembuatan makam di tanah bengkok dilaksanakan secara utuh kepada semua warga baik yang muslim, Kristen, Budhis dan Samin.
Sehingga, lanjut dosen STAIN Kudus, kekhawatiran yang berkaitan dengan repotnya melakukan tradisi manganan dapat diselesaikan dengan bijaksana dan saling memahami. “Makanya, wacana makam umum dari bengkok ini perlu disosialisasikan secara terbuka agar kekhawatiran warga tetap terjaga,” tandasnya. [elsa-ol/Munif-@MunifBams/001]