Kritik Islam Murni

Judul buku: Agama Borjuis: Kritik Atas Nalar Islam Murni

Penerbit: AR-RUZZ JOGJAKARTA

Pengarang: Nur Khalik Ridwan

Tebal buku: 460 halaman

Peresensi: Mustaqim

 

Islam Murni di Indonesia, bisa dilacak beberapa hal: pengaruh-pengaruh apa saja yang dibacakan dalam diri Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah? Pengaruh-pengaruh apa yang dibaca dalam diri A.Hassan sebagai ideologi Persis? Yang terpenting pengaruh-pengaruh apa yang menggerakan gerakan Padri di Sumatra, sebagai motor pemurnin awal di nusantara? Hal  ini bisa dijelaskan sebagai berikut:

Semarang Barat-20140120-00245 (1)Pertama, para pendiri dari gerakan pemurnian di Indonesia, tertama gerakan Padri, menerima ide-ide pemurnian setelah berkenalan dengan Khazanah Wahabi, dan terutama ketika mereka memunaikan ibadah haji di Makkah, terjadi pada akhir abad ke-18 (awal abad ke-19). Dewan Harimau Nan Selapan inilah yang kemudian melahirkan gerakan Padri yang digerakan oleh haji-haji baru setelah berinteraksi di Makkah, termasuk Haji Miskin, Haji Piabang dan Tuanku Imam Bonjol.

Kedua, dengan merujuk Dahlan yang menjadi penggagas Muhammadiyah, yang menurut informasi Deliar Noer pergi ke Makkah dua kali. Ketika Dahlan pergi ke Makkah 1890 dan 1903, Dahlan memulai pembaruannya di Kauman, Deliar Noer juga menyebutkan bahwa gagasan ‘Abduh lewat al-Urwah al-Wustqa dan al-Manar-lah yang pertama-tama dibaca para aktivis di Jami’at Khair, dan Jami’at Khair ini menginspirasi pendiri Muhammadiyah. Dahlan sebaga pendiri Mhammadiyah tercatat sebagai anggota jami’at Khair.

Ketiga, Persis yang berkaitan dengan Rasyid Ridha ini, bukan dalam konteks Wahabi langsung. Sebab, menurut Deliar Noer yang mempengaruhi Persis adalah juga al-Urwah al-Wustqa dan al-Manar. Di Singapura, dimana Hassan dibesarkan. (h 53)

Gerakan salafi ini dimotori oleh Ahmad bin Hanbal, pendiri mazhab Hanbali. Secara sosial, pendiri madzhab Hanbali ini lahir dan berwujud sebagai gerakan di abad ke-3 H semasa dengan asy-Syafi’i. Ahmad bin Hanbali hidup dimasa dinasti Abbasiyah, khalifah al-Ma’mun dan Harun ar-Rasyid yang melawan gerakan salafi.

Baca Juga  Etos Kerja dan Hubungannya dengan Pemahaman Agama

Munculnya Ibnu Taimiyyah ini pada abad VIII H. Berarti ada rentan waktu selama 5 abad dengan Imam Ahmad. Ibnu Taimiyyah ini adalah anak dari Syihabuddin Ibnu Taimiyyah al-Hanbali. Ayahnya sebagai seorang scholar kenamaan madzhab Hanbali di Damaskus. (63)

Pandangan-pandangan Ibnu Taimiyyah yang keras, lebih keras dari gaya Imam Ahmad, telah memompa semangat gerakan salafi. Tujuannya, agar orang kembali ke tektualitas al-Quran dan Sunnah. Diantara gerakannya adalah menelurkan fatwa dan melarang uamat Islam dilarang menjiarahi kubur-kubur yang dianggap suci.  Fatwa-fatwanya yang keras dan menyerang para syaikh sufi, para rasionalis Mu’tazilah dan banyak aliran lain yang tidak sepaham dengannya.

Gerakan salafi dari Ibnu Taimiyyah diteruskan oleh muridnya, yaitu Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Ibnu Qayyim ini juga hidup semasa dengan Ibnu Taimiyyah, yakni pad abad VIII H. Ia adalah pembela, penyunting dan pengedit buku-buku Ibnu Taimiyyah. Bersama guru besarnya, ia juga pernah dipenjara, gara-gara melarang orang berziarah ke kuburan Nabi Ibrahim di Damaskus. (h 65)

Abdul Wahhab muncul sebagai gerakan pada abad 12 H atau pada 1703-1787 M di Arabia. Itu berarti ada rentan waktu sekitar 4 abad dengan Ibnu Qayyim dan Ibnu Taimiyyah yang muncul di abad VIII H, dan hampi sama dengan rentang waktu kedua syekh penggerak gerakan salafi ini dengan munculnya gerakan Ahmad bin Hanbal yang muncul di abad III H.

Ide dasar dari gagasan tauhid Abdul Wahhab diilhami oleh munculnya penghormatan terhadap makam-makam syaikh di hampi setiap kampung di Arabia.  Bersatunya Abdul Wahhab dengan Muhammad bin Saud membuat pahamnya tersebar cepat di Najed dan memporakporandakan makam-makam yang dianggap suci.

Mereka menyerang Karbala, setelah itu di Madinah, kubah yang ada di atas kuburan-kuburab Madinah mereka hancurkan dan hiasan-hiasan yang ada di kuburan Nabi dirusak. Dari Madinah mereka meneruskan ke Makkah, dan merusak keswah yang menutupi Ka’bah yang dibangun Nabi Ibrohim itu. (h 69)

Baca Juga  Jurus Gus Dur di Panggung Kuasa

Tentang Abduh, ia lahir pada 1849 M. di Mesir dari darah campuran Turki-Mesir. Abduh juga termasuk orang yang mengkritik keras pengaruh filsafat-filsafat Yunani di dunia Islam. Bahkan Rasyid Ridha secara terang-terangan mengatakan hanya kembali kepada praktik salafi dan dunia tradisional Islam masa lalulah Islam akan maju. (h 80)

Perkembangan Islam Murni di Indonesia, merujuk Muhammadiyah yang didirikan tahun 1912 oleh Dahlan, tampaknya yang disebut Dahlan sebagai Islam Murni  sebagai “Islam sejati” adalah pelaksanaan lahir dan batin dalam Islam. Yang lahir, adalah sisi yang disebut Dahlan bahwa hukum-hukum al-Qur’an itu telah sempurna. Ajaran inilah yang kemudian menjadi dasar dari Muhammadiyah.

Berbeda dengan Dahlan, A. Hassan yang menjadi ideolog awal Persis, juga orang yang berobsesi mengusung Islam Murni secara lebih keras. Hassan dilahirkan di Singapura. Nasib membawa Hassan ke Bandung, dan ia tinggal di rumah pendiri Persis, Muhammad Junus. Islam murni yang dikehendaki oleh Hassan jauh lebih radikal. Hassan juga melakukan pemberantasan terhadap keberagaman populer, seperti talqin, ushalli, barzanji dan acara-acara lain yang menurutnya dianggap tidak berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. (h 96)

Dengan sendrinya,Islam dalam konsepsi nalar Islam Murni dipahami sebagai agama terakhir, sudah final yang paling diridhai Allah. Islam Murni inilah yang kemudian dikatan sebagai non-madzhab. Tentu saja, klaim pemurnian sebagai non-madzhab dan menganggap dirinya sebagai satu-satunya pemahaman Islam yang betul memiliki banyak problem. Diantara problem serius itu adalah:

Pertama, gerakan pemurnian merupakan sebuah sistem beragama dalam memandang sebuah masalah. Kedua, sebagai sebuah pemikiran, mereka tentu memiliki para mujtahid yang dapat mengeluarhan hukum-hukum dan sistem pemikiran yang mengilhami pola beragama dalam gerakan pemurnian. Ketiga, sebagai sebuah gagasan, maka ide-ide pemurnian juga memiliki kitab-kitab yang dijadika rujukan setelah Al-Qur’an dan Sunnah. Keempat, sebagai sebuah gagasan yang baku dan terstruktur, ide-ide dalam pemurnian juga memiliki komunitas yang mengikutinya. (h 234)

Baca Juga  Menilik Religiusitas Masyarakat Muslim Urban Kota Semarang

Kritik dalam level permukaan untuk membaca Islam Murni adalah mengenai metamorphosis gagasannya.argumentasi bahwa yang lain bid’ah, sesat, syirik, khurafat dan takhayul, secara meyakinkan digunakan untuk mendukung adanya satu model beragama yang menjadikan seseorang bisa dianggap saleh dan murni. (h 256)

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Pasar Tradisional dan Masjid Emas sebagai Penanda Kawasan Muslim Quiapo, Manila Filipina

Oleh: Tedi Kholiludin Quiapo adalah sebuah distrik yang berada merupakan...

Beristirahat Sejenak di Kapernaum: Renungan Yohanes 2:12

Oleh: Tedi Kholiludin “Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama...

Dua Peneliti ELSA Presentasikan Hasil Risetnya di Pertemuan Jaringan Penelitian HIV Indonesia

Jaringan Penelitian HIV Indonesia (JPHIV-Ina) menggelar pertemuan jaringan...

Liquid Identity: Saat Identitas menjadi Sebuah Entitas Muas

Oleh: Muhamad Sidik Pramono (Mahasiswa Magister Sosiologi Agama Universitas...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini