Lewat Paralegal, Anak Penghayat Ini Ingin Jadi Ahli Hukum

Isyeh Syahroni (baju hitam)
Isyeh Syahroni (baju hitam)
[Semarang –elsaonline.com] Jari jemari Isyeh Syahroni (18) menari pelan membubuhkan bercak-bercak tinta dalam sebuah kertas. Dia yang tak mengenyam pendidikan itu mulai menuliskan kata demi kata untuk menanggalkan identitasnya di kertas tersebut.

Isyeh seolah tak seperti pemuda biasanya ketika menuliskan namanya. Ketika menulis, ia membutuhkan waktu cukup lama. Dia harus menulis satu per satu kata hingga namanya tersusun rapi.

Isyeh adalah satu dari sekian peserta dari kaum Penghayat Kepercayaan murni yang mengikuti pelatihan paralegal. Dia berasal dari Sedulur Sikep Kudus, mewakili mertuanya yang juga tokoh sedulur Sikep, Budi Santoso.

“Saya baru kali ini ikut. Ini tadi berangkat bareng mas Gumani naik bis. Tapi ndak sampai ketemu, akhirnya naik becak hingga sini,” ujar Isyeh dengan nada gugup, Kamis, 2 Oktober 2014.

Pantas saja dia gugup, dia dan Gumani pertama kali mengikuti pelatihan di hotel. Apalagi harus berjalan jauh dari kediamannya di Desa Karangrowo Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus.

Meski tak bersekolah di sekolah formal, Dia sudah bisa menulis huruf. Meski masih kesulitan, usaha yang dilakukan akhirnya membuahkan hasil. Dia mulai terbiasa menulis, hingga akhirnya dikirim untuk ikut dalam pelatihan paralegal.

“Saya mboten (tidak) sekolah, menulis ya bisa tapi sulit. Kalau bahasa lain juga mboten saged (tidak bisa),” kata pria 18 tahun tersebut.

Isyeh sendiri mengharapkan untuk sedikit memahami soal hukum. Meski tak sekolah formal, pengetahuan soal hukum penting untuk dijadikan pedoman.

Pelatihan paralegal sendiri diselenggarakan Lembaga Studi Sosial Agama Semarang hingga Sabtu, 4 Oktober esok di Hotel Puri Garden Semarang. Pelatihan ini untuk membekali pengetahuan hukum bagi para penghayat kepercayaan agar lebih tenang dalam menghadapi persoalan-persoalan kepenghayatan tiap hari. [elsa-ol/Nurdin-@nazaristik]

Baca Juga  MPLS SMAN 11 Semarang, Kenalkan Teknologi dan Sekolah Damai
spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Di Balik Ketenangan Jalsah Salanah di Krucil Banjarnegara

Oleh: Tedi Kholiludin Letak Dusun Krucil, Desa Winong, Kecamatan Bawang...

“Everyday Religious Freedom:” Cara Baru Melihat Kebebasan Beragama

Oleh: Tedi Kholiludin Salah satu gagasan kebebasan beragama yang...

Penanggulangan HIV dan Krisis Senyap di Garda Depan

Oleh: Abdus Salam Staf Monitoring Penanggulangan HIV/AIDS di Yayasan ELSA...

Fragmen Kebangsaan dari yang Ter(Di)pinggirkan

Oleh: Tedi Kholiludin Percakapan mengenai kebangsaan dan negara modern, sering...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini