Menurut salah satu panitia, Agung, mengatakan, tema perayaan Imlek 2566 adalah ‘Pemimpin sejatinya berpegang pada cinta kasih dan kebenaran, bukan pada keuntungan’. Sehingga, kata dia, panitia menghadirkan Dewa Cay Sen atau Dewa Pembawa Rejeki. “Makanya, panitia membagikan cokelat dan permen kepada warga yang hadir,” ujar Mahasiswa Universitas Katolik Soegijaparanata ini.
Selain itu, Agung juga menjelaskan bahwa persiapan perayaan Imlek dilakukan sejak dua pekan lalu. Dikatakan, Imlek merupakan tahun baru dalam penanggalan Tiongkok yang ditandai dengan bergantinya salah satu shio yang berjumlah 12 shio. “Yakni, tikus, sapi, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing dan babi,” bebernya.
Meski demikian, pihaknya berharap bahwa dengan tema tersebut dapat mengingat para pemimpin agar memperhatikan masyarakat kecil dan mensejahterakannya. “Bukan justru merugikan masyarakat dengan kerakusan dan kesewenang-wenangannya,” terangnya.
Sementara Camat Ambarawa, Nanang Satyanto, mengaku apreasiasi atas kegiatan tersebut. Menurutnya, sejak Gus Dur menjadi presiden banyak dampak positif yang diterima warga Tionghoa. “Dari pengalaman inilah bagaimana kita dapat mengemas agar masyarakat menerimanya,” ungkap laki-laki kelahiran Banjarmasin itu.
Lebih jauh Nanang menambahkan, adanya perayaan tahun baru Imlek ini diharapkan membawa perdamaian di Ambarawa. “Berkat gotong-royong masyarakat Ambarawa Kelenteng Hok Tik Bio kuno ini menjadi pusat perdamaian di Ambarawa,” pungkasnya.[elsa-ol/Yono-@cahyonoanantato/001]