Pemuda Ahlul Bait Dibekali Penguatan Kapasitas

Semarang -elsaonline.com, Pengurus Yayasan Ma’al Haq bersama Yayasan Pemberdayaan Komunitas (YPK) ELSA menyelenggarakan “Rapat Koordinasi persiapan Pelatihan Analisis Resolusi Konflik.” Kegiatan ini diikuti tokoh lintas generasi, pemuda dan pemudi dari kalangan Ahlul Bait dan dilaksanakan di Aula Yayasan Ma’al Haq, Gayamsari, Kota Semarang Selasa, (06/09).

Tedi Kholiludin, pemantik rapat, acara pelatihan yang nanti akan dilaksanakan akan mengeksplorasi para pemuda dan pemudi Syiah untuk terbuka pikirannya, serta siap dalam berjejaring dengan komunitas lainnya, baik internal Islam itu sendiri maupun lintas iman di Jawa Tengah.

Alasan dipilihnya peserta dari kalangan pemuda dan pemudi, menurut Tedi, karena generasi ini lah yang akan melanjutkan estafet keberlanjutan di kepemimpinan, meski tentu saja tidak serta merta menampik keberadaan orang-orang tua di dalamnya. Namun dengan menyasar kelompok muda, kegiatan yang nanti akan dilaksanakan menjadi modal agar mereka tidak gagap bersosial di lingkungan dunia luar.

Ahmad Mujahid, salah satu pengurus Yayasan Ma’al Haq, mengapresiasi akan diselenggarakannya pelatihan tersebut. Menurutnya, training seperti ini belum pernah terselenggara di kalangan pemuda Syiah.

“Kebanyakan (pemuda-pemudi -red) saat membaur dengan liingkungannya, di bangku sekolah mapun kuliah mereka tidak mendeklarasikan dirinya bahwa dia Syiah, takut dihindari teman-temannya karena dicap sesat,” ungkap Mujahid.

Pria yang bekerja di salah satu lembaga keuangan tersebut menyampaikan pengalaman yang menunjukan betapa membangun relasi tanpa didasari rasa curiga itu tidak mudah. Mujahid berkisah, satu waktu, ada perusahaan yang mengadirkan seorang ustaz untuk berceramah. Intinya, ia siap berdakwah dengan kelompok apapun, kecuali Syiah.

“Perlakuan berbeda saya dapatkan saat bertemu dengan teman anggota Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Saat itu saya ditanyai lalu saya hanya sampaikan kalau Islam saja, tanpa NU-an maupun Muhammadiyah-an, tapi dia tidak percaya. Kemudian dia mencari tahu sendiri, setelah tahu, dia malahan makin akrab dengan saya, karena mungkin sama-sama minoritas,” tuturnya.

Baca Juga  10 Aliran Kepercayaan di Jateng Ikuti Workshop Paralegal eLSA

Pengalaman yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang pemuda Syiah yang saat ini masih studi di salah satu perguruan tinggi di Semarang. Dalam kesehariannya di kampus, ia tidak pernah menonjolkan kalau dirinya Syiah, takut dikucilkan teman-temannya.

“Dengan adanya acara ini nantinya, pemuda-pemudi Syiah bisa bersikap inklusif, toleran, dan siap membaur dengan komunitas lainnya tanpa ada beban di dalam diri,” harapannya.

Setelah dibuka dengan mendengarkan alasan dan pernyataan alasan akan dilaksanakannya acara pelatihan, rapat ditutup dengan pembahasan teknis acara, sekaligus materi apa saja yang diperlukan oleh pemuda-pemudi Syiah, misalnya sekolah warga negara, regulasi hak warga negara, hak asasi manusia, analisis sosial, menggali potensi diri, analisis media, dan lain-lain. [RA]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini