Penghayat dan Identitas Lokal Seragam Pemerintah

P1420462[Blora-Pati -elsaonline.com] Pengakuan dan pemakaian seragam lokal untuk acara pemerintahan mulai muncul di berbagai lini. Setelah Provinsi DKI Jakarta yang mengenakan seragam Betawi kini menular di berbagai daerah.

Di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, pengenaan seragam lokal Samin untuk seragam Pegawai Negeri Sipil (PNS) patut diapresiasi. Penggagasnya, Bupati Blora Djoko Nugroho. Di tengah gejolak dan pro-kontra, Bupati menegaskan diri untuk memaksa dan menginstruksikan jajaran di bawahnya memakai seragam Samin.

Di tengah prahara itu, Surat Edaran Bupati nomor 061/561diedarkan ke segenap pegawai dan institusi sekolah. SE itu ditandatangani langsung oleh Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Blora, Sutikno Slamet. Surat yang menyarankan agar pakaian Samin dikeluarkan sebagai pedoman para PNS.

PNS Blora dianjurkan menggunakan seragam Samin pada hari Jum’at. Namun, upaya itu dinilai tidak banyak manfaat karena berbarengan dengan pengenaan seragam olahraga. Dipakailah kemudian hari Kamis sebagai hari pengenaan Samin. Namun, bukan tiap minggu, tapi tiap kami dalam satu bulan pada minggu keempat.

‘’Ada kalanya dibutuhkan terobosan. Memang agak aneh. Tapi kita perlu melestarikan budaya kita sendiri,’’ kata Bupati Djoko Nugroho.

Ide bupati itu kemudian dibentuk tim pengkaji seragam itu. Tim ini merumuskan makna filosofis dan model baku pakaian Samin yang akan dikenakan. Tim ini tergolong beragam karena melibatkan tokoh lokal Samin, pemerhati budaya serta tokoh masyarakat Blora.

Pemakaian seragam yang dipindah pada hari Kamis mempertimbangkan waktu pemakaian. Pada bulan April ini, pengenaan seragam Samin sudah dimulai efektif.

”Kami rasa sudah proporsional. Biasanya setiap Jumat pegawai menggunakan pakaian olahraga. Jam kerja pada hari Jumat juga tergolong pendek. Karena itu kami putuskan pakaian Samin dikenakan pada hari Kamis,” timpal Plt Sekda Blora, Sutikno.

Baca Juga  Belum Ber-IMB, Pembangunan Masjid al-Arqam Dihentikan

Dalam surat edaran yang ditandatanganinya itu, Dia berharap agar para pegawai bisa menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran serta nguri-nguri budaya leluhur Samin. Selain itu juga, diharapkan adanya variasi dalam penggunaan pakaian kerja.

Pakaian adat samin yang dianjurkan berwarna hitam (celana dan baju) ditambah penutup kepala (udeng) kain jarik  bagi pria. Sedangkan bagi perempuan, baju berwarna hitam dengan bawahan kain jarik. Desainnya pun bisa disesuaikan dengan mode terkini.

Meski demikian, secara tegas, Pemkab Blora tidak mewajibkan menggunakan seragam hitam, tapi boleh dengan warna lain sepanjang tidak mencolok dengan menggunakan bahan yang sederhana.

Sementara las kaki yang dianjurkan adalah sepatu sandal. Bagi pegawai pria menggunakan sepatu sandal model tumit tertutup. Tapi bagi wanita yang berjilbab bisa menyesuaikan modelnya.

Terpisah, seorang tokoh Sedulur Sikep Samin, Pramugi Prawiro, menyambut baik terobosan pemkab Blora. Menurutnya, pemakaian seragam Samin bisa dijadikan jaminan pelestarian tradisi dan kebudayaan.

Baju dan identitas seragam kerja itu dinilai bisa mencerminkan identitas ataupun ciri khas masyarakat Blora. Dia minta agar terposan Bupati itu bisa diberlakukan secepat mungkin.

Meski demikian, Bupati Djoko Nugroho tidak ingin memaksakan terobosan yang diinginkannya tanpa paksaan anak buahnya. Penetapan seragam akan diterapkan secara perlahan-lahan. Baju hitam yang hendak digunakan pun tidak kembar dengan seragam duka.

Pati Mengikuti

Surat Edaran Bupati Blora untuk mengadopsi budaya lokal ternyata merambah ke tempat lain. Ketua Himpunan Penghayat Kepercayaan Kabupaten Pati, Suwardoyo mengatakan jika di Pati juga akan diterapkan pengenaan seragam berbasis kearifan lokal.

Menurut Dia, di Pati sudah mulai disosialisasikan pada segenap PNS dan Lembaga Pendidikan untuk ke depan memakai identitas lokal.

Berdasarkan sepengetahuannya, di Pati pada hari Senin menggunakan seragam keki khas PNS. Hari Selasa menggunakan batik lurik, Rabu masih mengenakan batik, namun batik khas lokal yang diproduksi dari Kecamatan Juwana. Batik pada hari Rabu ini dinamakan batik bakaran.

Baca Juga  Beragama Itu Mencari Ketenangan

Sementara pada kamis menggunakan identitas lokal Pati. “Ini yang belum mendapat kepastian, apa dan bagaimana identitas lokal pati itu yang akan dipakai,” kata Suwardoyo kepada eLSA Semarang, Sabtu (29/3).

Untuk hari Jum’at, para penyelenggara negara mengenakan seragam identitas kantor masing-masing. Pada hari Sabtu, menggunakan pakaian olahraga. Untuk merealisasikan hal tersebut, Dia minta kepada Pemkab Pati untuk mempercepat gagasan agar tidak ketinggalan daerah lain.

Baginya, identitas lokal akan sangat berguna untuk melestarikan budaya daerah. Selain itu, akan tercipta identitas satu daerah dengan daerah lainnya. “Mungkin arahnya ke pakaian Samin Kejawen. Saya sendiri secara pribadi sudah memakai di berbagai acara,” pungkasnya. [elsa-ol/Nurdin-@NazarNurdin2]

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Memahami Jalur Eskalasi dan Deeskalasi Konflik

Oleh: Tedi Kholiludin Konflik, dalam wacana sehari-hari, kerap disamakan dengan...

Tiga Pendekatan Perdamaian

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam artikel “Three Approaches to Peace: Peacekeeping,...

Wajah-wajah Kekerasan: Kekerasan Langsung, Kekerasan Struktural dan Kekerasan Kultural

Oleh: Tedi Kholiludin Johan Galtung (1990) dalam Cultural Violence membagi...

Memahami Dinamika Konflik melalui Segitga Galtung: Kontradiksi, Sikap dan Perilaku

Oleh: Tedi Kholiludin Johan Galtung dikenal sebagai pemikir yang karyanya...

Laporan Tahunan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Jawa Tengah 2024

ELSA berusaha untuk konsisten berbagi informasi kepada public tentang...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini