Pidato Kunci Gubernur Jawa Tengah Ing Adicara Seminar Jateng Inklusif

Gubernur Jawa Tengah
Pidato Kunci Gubernur Jawa Tengah Ing Adicara Seminar Jateng Inklusif
Semarang, 12 Januari 2017

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sugeng siang lan karaharjan tumrap kita sedaya

Para rawuh ingkang minulya
Dinten punika wawan pangandikan babagan Jateng Inklusif, temtunipun kontekstual sanget kaliyan kahanan kemajemukan bangsa kita ingkang sakpunika nembe ngadhepi ujian. Isu SARA dados isu aktual ing masyarakat, tuwin ing media sosial. punika saestu hambebayani dhumateng manunggaling kagesangan kita lan bangsa Indonesia.
Menggah saking mekaten, kulo suwun seminar punika saestu dados sarana pancrahan lan panguatan kange pakurmatan ing taman sarinipun ka-bhinneka-an bangsa, khususipun bagan kaber-agama-an. Sumangga kita introspeksi lan retrospeksi keberlangsungan kagesangan kaber-agama-an kita sedaya.

Kita kedah saged njagi paseduluran lan pakurmatan antar umat beragama. Ingkang dereng sae, sumangga sesarengan dipun benahi supados kagesangan beragama saged langkung kondusif. Ing Jawi Tengah, alhamdulillah kaberagama-an kita mlampah kanthi sae. Paleksanaan pengetan ari ageng agami punapa kemawon mlampah kanthi lancar lan aman. Kadosto Natal ing wulan kepengker, sedayanipun sae. Sederek-sederek kita saged njalanaken ibadah kanthi hikmat. Kahanan punika ngetingalaken bilih toleransi sampun kabangun kanthi sae ing Jawi Tengah. Setunggal pemeluk agami kaliyan sanesipun tansah paring urmat.

Sengojo pambuko kulo punika ngginaaken Basa Jawi. Punika saprelu kangge nguri-nguri kabudayan, khususipun Basa Jawi. Ananging supados ingkang kulo aturaken gampil dipun mangertosi kanthi sae, pramilo saklajengipun kulo matur ngangge Basa Indonesia kemawon.

Hadirin yang berbahagia;
Bagi saya semangat toleransi haruslah dirawat, dikuatkan dan dikokohkan sehingga perbedaan agama bisa menjadi kekuatan dahsyat untuk mendukung kemajuan pembangunan. Jangan sampai perbedaan itu justru menjadi sumber perpecahan yang menyebabkan ringkihnya keutuhan bangsa ini.

Baca Juga  Dua Warga Kendal Dituntut 7 Bulan Penjara

Kita tidak bisa memungkiri, masih ada kejadian intoleransi di sekitar kita. apapun itu bentuknya, saya minta ketika terjadi persoalan maka rembugan harus diutamakan. Jangan main anarkhis. Apapun alasannya kita tidak bisa mentolelir tindak anarkhis. Karena yang namanya anarkhis pasti merusak dan menebar kebencian. Untuk itu, saya terus mendorong agar persoalan antar umat beragama diselesaikan secara permanen dan komprehensif agar tidak menjadi bcara yang sewaktu-waktu apabila kena tiupan akan menjadi berkobar lagi.

Kedepankan selalu dialog antar berbagai pihak untuk mencari solusi terbaik. Saya minta ketika ada persoalan agar dapat ngobrol baik-baik, dan berdialog. Ajak para tokoh agama, tokoh masyarakat, rekan-rekan TNI/Polri untuk bermusyawarah menyelesaikan persoalan yang terjadi. Kami juga siap memfasilitasi ruang-ruang komunikasi dan diskusi karena itu jalan terbaik untuk menyelesaikan persoalan.

Masyarakat juga jangan mudah terprovokasi informasi terkait isu SARA yang belum tentu kebenarannya. Semua harus cek dulu. Apalagi di medsos, maka cek rechek menjadi penting. Apakah itu berita benar atau HOAX. Karena HOAX itu bikin kita HUEX/muntah. Selain itu jangan nge-share informasi yang kita tidak tahu persis kebenarannya. Ketika kita nge-share dan itu informasi HOAX, maka sama saja kita telah ikut memprovokasi masyarakat.

Pada prinsipnya kita harus hati-hati betul dan bijak menggunakan media sosial. Jangan jadikan media ini sebagai tempat ujaran kebencian, fitnah, adu domba, menyebarkan informasi palsu dll. Sangatlah bijak ketika kita mampu mendayagunakan medsos untuk merawat toleransi dan memperkuat ke-Indonesia-an kita yang ber-Bhinneka.

Dulu, leluhur kita telah banyak mengajarkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan beragama. Bagaimana Walisongo sangat menghargai pemeluk agama Hindu pada waktu itu. Kemudian, bagaimana legawa-nya para tokoh Islam dalam merumuskan Pancasila, sehingga Sila Pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa titik. Tidak lagi, “Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

Baca Juga  "Diberondong" Ketua MK, Umbu Dapat Nilai Cumlaude

Inilah bukti kebesaran jiwa dan sikap nasionalisme dari para leluhur dan pendiri bangsa ini. Itulah role model toleransi yang sudah berakar kuat dalam rindangnya pohon keberagaman bangsa ini. Apakah saat ini kita akan merusaknya. Apakah ketika bangsa ini telah merdeka dan membangun, kita mau menghancurkannya dengan sikap-sikap intoleransi.

Secara tegas, harus kita katakan TIDAK untuk intoleransi. Indonesia merdeka bukan hanya perjuangan satu kelompok. Indonesia merdeka itu hasil perjuangan seluruh komponen bangsa. Maka kita sebagai warga bangsa, siapapun itu adalah bersaudara yang harus saling menjaga dan mengingatkan kalau ada kekhilafan. Setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia memiliki hak yang sama. Termasuk mengekspresikan keyakinan agama atau kepercayaannya sesuai dengan undang-undang.

Saya sampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat Jawa Tengah, para tokoh dan pemuka agama yang tidak henti-hentinya memberikan pembinaan keagamaan yang baik kepada umatnya. Saya juga menyampaikan apresiasi kepada elemen masyarakat lainnya, seperti saudara-saudara kita dari eLSA yang memiliki concern pada kehidupan keber-agama-an di Jawa Tengah. Monggo sareng-sareng kita kembangkan spirit kebersamaan dalam menjaga dan memperkuat toleransi kehidupan beragama agar suasana kehidupan masyarakat tetap kondusif, hak-hak masyarakat untuk mengekspresikan agama dan keyakinannya tetap terjaga, dan pembangunan berjalan lancar guna mewujudkan Jawa Tengah sejahtera dan berdikari.

Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini.
Sekian dan terima kasih atas kebersamaan kita.
Wabillahi taufik wal hidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

GUBERNUR JAWA TENGAH

H. GANJAR PRANOWO, SH., MIP.

spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini