Semarang, elsaonline.com – Perwakilan pemuka agama di Semarang beberapa hari lalu melantukan doa bersama agar Pemilihan Presiden berjalan jujur dan adil. Para pemuka agama lintas agama itu tidak menginginkan ada para pihak yang terluka, apalagi terbunuh karena mendukung salah satu calon tertentu.
Doa bersama lintas agama digelar di Gereja Santo Fransiskus Xaverius, Jalan Gang Pinggir No 62 Semarang, Jawa Tengah, belum lama ini. Hadir dalam kesempatan ini perwakilan dari masing-masing agama, diantaranya Romo Aloisius Budi Purnomo (Katolik), Hendro Basuki (Budha), Mulyono Candra (Kristen), Kiai Fatkuri dan Kiai Amin Budi Harjono (Islam), Pendeta Rahmat (GKI), Komang (Hindu) dan beberapa tokoh lainnya.
“Kami bersama-sama meminta kepada Tuhan agar pemilu berjalan jujur dan adil. Kami ingin berpesan dan selalu mengingatkan agar mereka yang terpilih ora jumawa, dan pihak yang kalah ora ngamuk,” kata Romo Budi Purnomo sebelum menyambut doa bersama.
Sebelum berdoa, para tokoh lintas agama itu disajikan sebuah tarian sufi dari putra sulung Kiai Amin Budi Harjono. Sang putra kecil itu menari berputar-putar mengiringi alunan lagu yang diputar hampir selama sepuluh menit tanpa berhenti. Tak lupa, Romo Budi juga beratraksi meniup sangkakala untuk memeriahkan suasana.
Usai menari sufi, mereka berdoa bersama. Kiai Amin Budi Harjono pun memimpin puja-puji terakhirnya dengan bahasa Indonesia. Begini puja-puji yang diucapkan.
“Wahai Tuhan kami, dalam kehadiranmu, ada yang terdekat menyangkut
karunia yang kami dekat. Ada yang jauh, ketinggian dan kesucian cinta.
Yang terdekat, kami teritorialkan dalam wilayah, bangsa kami ini bangsa yang engkau anugerahi beragam surga. Tapi di sisi lain, menjelma hawa, kabut, nafsu dalam diri kami, menutupi cahayamu.
Kami semua berkumpul di sini. Turunkan kepada seluruh penduduk negeri. Atas kebaikanmu, untuk hari esok, untuk memilih dengan damai, tidak ingin ada sudara yang terluka, terbunuh. Mereka saudara cinta kami, kebahagiaan kami semua,” tutur Kiai Amin Budi dalam doanya. [elsa-ol/nurdin-@nazaristik)