Oleh: Tedi Kholiludin
Dan Rather, wartawan senior Amerika, menulis surat terbuka kepada Donald Trump di akun facebooknya. Rather mengajak masyarakat Amerika untuk bersama-sama memberikan tekanan pada Trump agar berkomentar terhadap kasus pembunuhan terhadap Taliesin Myrddin Namkai-Meche (23) dan Rick Best (53) di Portland, Oregon, Jumat (25/5).
Namkai dan Best adalah dua orang yang dibunuh oleh Jeremy Joseph Christian (35) di sebuah kereta api. Mereka berdua mencoba melindungi dua perempuan yang salah satunya adalah muslimah berjilbab. Christian mulai menebarkan terror dan rasisme dengan mengatakan, “semua orang muslim harus mati.” Namkai dan Best, serta Micah David-Cole Fletcher (21) membela remaja muslimah tersebut. Christian menyerang balik tiga orang tersebut. Namkai dan Best akhirnya meninggal, sementara Micah David harus mendapatkan perawatan intensif.
Rather mungkin merasa jengkel karena Trump tidak segera bereaksi atas apa yang oleh Rather pantas disebut sebagai tindakan terorisme itu. “ Kejadian diatas mungkin berbeda dengan narasi yang anda dorong dan mengantarkan anda sampai ke Gedung Putih. Mereka tidak dibunuh oleh imigran yang tidak berdokumen atau “teroris Islam radikal”. Mereka terbunuh dalam sebuah tindakan civic-love, menghadapi seorang pria yang diduga mengeluarkan ucapan kebencian yang ditujukan pada dua gadis remaja, yang salah satunya mengenakan jilbab,” tulis Rather.
Di hari dimana tragedi Portland terjadi, akun twitter Trump bercerita tentang kabar palsu (fake news), dan perjalanannya ke Eropa. Tak satupun twit ia tujukan untuk berbelasungkawa terhadap dua pahlawan anti rasisme di negerinya itu. Yang bereaksi cepat dengan memberikan pernyataan ke publik justru akun FBI Portland (@FBIPortland). Mereka berpesan, “to our neighbors in the Muslim and African-American communities – we stand with you. We won’t allow these acts to go unanswered.” Baru 48 jam kemudian, Trump memberikan reaksi, “The violent attacks in Portland on Friday are unacceptable. The victims were standing up to hate and intolerance. Our prayers are w/ them,” tulisnya melalui akun @POTUS.
Dalam berbagai sumber dikatakan bahwa Christian sendiri memiliki beberapa catatan tindakan kriminalitas. Pada tahun 2002, ia memborgol pemilik toko di Portland lalu mencuri uangnya. Tak hanya sekali ia pun melakukannya untuk kali kedua sembari membawa senjata. Dala beberapa video dan akun media sosialnya, Christian terekam kerap memberikan salam ala Nazi dan memiliki ideologi white supremacy. Di persidangan, Christian dengan menyampaikan pesan kepada publik tentang apa yang menjadi tindakannya tersebut. “Anda menyebut terorisme, tapi saya mengatakan patriotism,” tegasnya.
Minggu (5/11) Amerika kembali terjadi penembakan terburuk sepanjang sejarah Texas. Itu terjadi di gereja Gereja Baptis, Sutherland Springs dan menewaskan 27 orang serta melukai 20 lainnya. Pelakunya diduga, Devin Patrick Kelly, bekas tentara Angkatan Udara yang pernah bertugas pada 2010, namun keluar pada 2014.
Inilah rangkaian tindakan “menakuti yang lain,” terorisme. Terorisme tidak merupakan sebuah tindakan yang eksklusif melekat pada kelompok agama tertentu. Ia dilakukan oleh siapa saja. ketika menulis tentang “gairah kesalehan” yang terjadi pada kalangan Syiah di Iran dan Protestan di Amerika, Martin Riesebrodt sampai pada kesimpulan bahwa fundamentalisme, dan saya kira terorisme, “… is therefore neither an exclusively Shi’ite, Islamic, or Iranian phenomenon, nor a specifically Protestant, Christian, or North American one. It is found worldwide.”
Ada banyak alasan kenapa itu terjadi. Kai Hirschmann (2000) mencatat setidaknya ada lima tipe terorisme yang eksis sekarang. Ada yang bersifat ideologis yang bertujuan untuk perubahan revolusioner pada struktur sosial dan politik. Kemudian ada juga yang bersifat etno-politik (kelompok etnis yang menginginkan kemerdekaan), agama, isu tunggal/single issue terrorism (kelomok atau individu ekstremis yang memprotes) dan “orang yang merasa dipilih” untuk melakukan tindakan tersebut yang tak terhubung ke jaringan sosial manapun.
Kelompok eksklusif, fundamentalis serta teroris, sekali lagi, ada pada kelompok sosial manapun. Ini bukanlah sesuatu yang khas milik penganut agama-agama Semit misalnya. dan pada batas-batas tertentu, ini juga bukan fenomena kelompok, tapi juga personal. Ada orang yang tidak tergabung pada kelompok khusus atau yang sekarang biasa dikenal sebagai “lone wolf”juga bisa menebar terror untuk memberikan dukungan pada ideologi tertentu.