Tokoh Lintas Iman Serukan Papua Tanah Damai

Tokoh-tokoh agama sedang melakukan konferensi pers di Hotel Sentani Indah, Senin (19/5)
Tokoh-tokoh agama sedang melakukan konferensi pers di Hotel Sentani Indah, Senin (19/5)

[Sentani –elsaonline.com] Papua Tanah Damai adalah cita-cita kemanusiaan yang harus diperjuangkan dengan kerja-kerja nyata. Karena itu Jaringan Antariman Indonesia (JAII) terpanggil mendukung segenap gagasan dan usaha-kerja agama-agama di Tanah Papua untuk mewujudkan Papua sebagai Tanah Damai.

Kordinator JAII, Elga Sarapung menyampaikan hal ini dalam konferensi pers di tengah-tengah berlangsungya Konferensi Jaringan Antar Iman di Sentani, Papua, Senin (19/5). Elga, salah satu inisiator Jaringan Antar Iman mengatakan bahwa hal ini tercermin dari salah satu visi dan misi JAII yakni, “agama-agama untuk keadilan dan perdamaian.” Sehingga, memilih penyelenggaraan Konferensi Nasional Jaringan Antariman Indonesia kali ini di Papua menjadi bagian pergumulan bersama mendorong cita-cita kemanusiaan tersebut.

Konferensi Nasional VI JAII di Sentani, Jayapura, diselenggarakan berkat kerjasama Forum Konsultasi Para Pemimpin Agama (FKKPA) di Tanah Papua dengan Institut Dialog Antariman di Indonesia (Institut DIAN/Interfidei).

Tema Konferensi Nasional VI JAII yang digelar di Hotel Sentani Indah, Jayapura, Papua, 19-23 Mei 2014 ini adalah Membangun, Merawat dan Memperkokoh Peradaban Luhur Bangsa dengan Dialog Transformatif. Sub-tema konferensi: Tantangan Konkrit menuju Keadilan, Kebenaran, Kesetaraan, Perdamaian bagi Seluruh Rakyat-Suku Bangsa Indonesia.

Sementara isu pokok yang dibahas dalam konferensi antara lain, (i) hubungan Agama-agama dan Keyakinan dengan Negara: kasus-kasus kebebasan beragama dan berkeyakinan. (ii) Papua Tanah Damai: upaya agama-agama menciptakan Papua menjadi Tanah Damai. (iii) pendidikan karakter: membangun bangsa agar mampu menghadapi radikalisme beragama dan radikalisme keserakahan kekuasaan sosial-politik-ekonomi-budaya dan (iv) Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya di Indonesia: respon atas perusakan alam/lingkungan dan budaya lokal.

JAII, tambah Elga akan mendorong dan mengawal hasil konferensi agar digunakan dalam upaya pemerintah (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) maupun masyarakat melakukan perubahan positif dan konkrit bagi keberlanjutan kehidupan bangsa ini. Sebab, seluruh proses konferensi nasional ini diorientasikan pada: eksplorasi dan perumusan solusi-solusi mendasar yang memberi efek jangka panjang positif dan konstruktif bagi hubungan antariman di Indonesia; memperluas dan memperkuat tanggungjawab JAII; memperkuat potensi JAII sebagai kekuatan bersama dari masyarakat, bersama masyarakat, untuk masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. [elsa-ol/TKh-@tedikholiludin]

Baca Juga  Jalan Sunyi Pewaris Tradisi
spot_imgspot_img

Subscribe

Artikel Terkait

Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Buku Dinamika Inklusivitas Pemimpin Informal Lokal bagi Kebebasan Beragama...

Refleksivitas dan Masyarakat Pascatradisional

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam pengantar bukunya, “Beyond Left and Right:...

De Las Casas dan Perlawanan atas Kolonialisme: Cikal Bakal Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Bartolomé de las Casas (1485–1566) adalah seorang...

Tiga Tema Alkitab sebagai Basis Teologi Pembebasan

Oleh: Tedi Kholiludin Dalam "Justice and Only Justice: A Palestinian...

Kekristenan Palestina dan Teologi Pembebasan: Berguru Pada Naim Stifan Ateek

Oleh: Tedi Kholiludin Ia adalah seorang Palestina dan bekerja sebagai...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini